Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rusia Bela Iran di Rapat Dewan Keamanan PBB Usai Balas Serangan Israel

Rusia membela Iran di rapat Dewan Keamanan PBB Iran membalas serangan Israel yang menewaskan 7 anggota IRGC termasuk Brigjen Mohammad Reza Zahedi.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Bobby Wiratama
zoom-in Rusia Bela Iran di Rapat Dewan Keamanan PBB Usai Balas Serangan Israel
Alexander NEMENOV / AFP
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyampaikan konferensi pers di markas besar Kementerian Luar Negeri Rusia di Moskow pada 18 Januari 2024. -- Rusia membela Iran setelah luncurkan serangan balasan ke Israel. 

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menekankan bahwa Rusia akan dengan tegas mendukung tanggapan Iran terhadap Israel dalam rapat Dewan Keamanan PBB pada Minggu (14/4/2024).

"Tanggapan Iran bertanggung jawab dan dalam batas kendali diri,” katanya kepada Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian, melalui panggilan telepon pada Senin (15/4/2024).

Ia mencatat bahwa Rusia tidak pernah meragukan niat Iran untuk membalas agresi Israel terhadap konsulat dan pejabatnya di konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada Senin (1/4/2024) lalu.

Sergey Lavrov juga menyayangkan negara-negara yang enggan mengutuk serangan Israel terhadap konsulat Iran.

Sementara itu, Amir-Abdollahian memperingatkan bahwa pembalasan Iran terhadap agresi Israel yang menargetkan wilayah dan aset-asetnya akan jauh lebih keras dan kuat.

"Operasi Janji Sejati bersifat terbatas dan berfungsi sebagai pencegahan, hukuman, dan peringatan terhadap pendudukan," katanya, merujuk pada serangan balasan Iran terhadap Israel pada Sabtu (13/4/2024) lalu.

Kazem Gharibabadi, Wakil Presiden Kehakiman Republik Islam Iran untuk Urusan Internasional, mengatakan respons pembalasan Iran adalah tindakan hukum yang dijamin oleh Piagam PBB dan hukum internasional.

Berita Rekomendasi

Menurutnya, organisasi internasional seperti PBB tidak menganggap tindakan Israel tersebut sebagai pelanggaran terhadap bendera dan peraturan internasional.

"Jika hak asasi manusia harus dipertimbangkan ketika menghadapi situasi seperti itu, maka kejahatan Israel harus diprioritaskan dalam bentuk kecaman dan pertanggungjawaban," katanya.

Ia mengatakan Iran tidak akan menyerang Israel jika tidak diserang terlebih dahulu.

"Iran tidak ingin berperang, tetapi jika diserang, maka tanggapannya akan sangat menentukan," lanjutnya, dikutip dari Al Mayadeen.

Baca juga: Rusia Salahkan Dewan Keamanan PBB yang Cueki Iran saat Israel Serang Konsulatnya di Suriah

Sebelumnya, Iran meluncurkan serangan balasan ke Israel pada Sabtu (13/4/2024) malam, dengan lebih dari 300 drone dan rudal, dikutip dari Reuters.

Serangan itu sebagai balasan atas serangan udara Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada Senin (1/4/2024), yang menewaskan tujuh anggota Garda Revolusi Iran (IRGC) termasuk Brigjen Mohammad Reza Zahedi.

Iran Minta Pertanggungjawaban Israel

Sebelumnya, perwakilan Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, menegaskan operasi Iran dilakukan dalam kerangka pertahanan diri.

Ia mengatakan tindakan ini diizinkan oleh hukum internasional, dan hanya menargetkan situs militer untuk menghindari sasaran sipil, berbeda dengan apa yang dilakukan Israel lakukan di Suriah.

"Serangan balasan tersebut terjadi sebagai pelaksanaan hak bawaan Iran untuk membela diri sebagaimana diuraikan dalam Pasal 51 Piagam PBB dan diakui oleh hukum internasional," katanya, Minggu (14/4/2024).

Selama pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas tanggapan Iran, perwakilan Iran di PBB menyerang negara-negara Barat yang menentang hak Iran untuk menanggapi agresi.

Ia menekankan bahwa negara-negara ini melindungi kejahatan genosida yang dilakukan oleh Israel.

"Iran sudah lama menahan diri, namun sudah tiba waktunya untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatannya," katanya.

Ia mengatakan Dewan Keamanan PBB harus memenuhi tugasnya berdasarkan Bab 7 Piagam sebagai tanggapan atas kecerobohan Israel.

"Sudah waktunya bagi Dewan Keamanan untuk memikul tanggung jawabnya dan mengatasi ancaman nyata terhadap perdamaian dan keamanan internasional," lanjutnya.

Selain itu, ia menegaskan Iran tidak berniat untuk berperang dengan AS di kawasan itu.

"Kami tidak berniat terlibat konflik dengan AS di kawasan. Kami menunjukkan komitmen kami terhadap perdamaian dengan menahan diri dalam melibatkan Angkatan Darat AS dalam mencegat drone dan rudal Iran yang ditujukan untuk sasaran militer di wilayah pendudukan Palestina," katanya.

Hubungan Israel dan Iran

Hubungan Israel dan Iran memburuk setelah revolusi Iran pada tahun 1979 yang dipimpin oleh Ayatollah Ruhollah Khomenei.

Revolusi tersebut menumbangkan kekuasaan Syah (Raja) Iran, Mohammad Reza Shah Pahlavi, yang merupakan sekutu Amerika Serikat (AS) dan mitra Israel.

Setelah revolusi Iran, Israel menuduh Iran yang menerapkan kebijakan anti-Israel, telah mendanai front perlawanan seperti Hamas, Jihad Islam Palestina (PIJ), Hizbullah, kelompok perlawanan Irak dan Suriah untuk melawan Israel, sebuah tuduhan yang dibantah Iran.

Ketegangan Iran dan Israel baru-baru ini terjadi di tengah perang Israel dan Hamas di Jalur Gaza.

Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza setelah operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 33.729 jiwa dan 76.371 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Sabtu (13/4/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Xinhua News.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas