AS Borong 81 Jet Jadul Rongsok Buatan Era Soviet, Murah Meriah Tapi Tak Bisa Terbang, Untuk Apa?
Pemerintahan Joe Biden diberitakan telah memborong pesawat tempur buatan era Uni Soviet sebanyak 81 unit dari Kazkhstan dengan harga murah
Editor: Hendra Gunawan
Penjualan tersebut dilakukan melalui perusahaan luar negeri, kata reporter, situs berita berbahasa Rusia-Inggris.
Mengingat ketergantungan Ukraina yang terus berlanjut pada senjata era Soviet, pesawat tersebut dapat berfungsi sebagai sumber suku cadang atau digunakan secara strategis sebagai umpan di lapangan terbang, kata Post.
Mikoyan MiG-31 adalah pencegat supersonik yang dirancang untuk mempertahankan wilayah udara Soviet, menurut Airforce Technology. Ini memainkan peran penting selama Perang Dingin.
Berasal dari MiG-23, MiG-27 adalah pesawat serang darat dan digunakan dalam konflik seperti Perang Soviet-Afghanistan. MiG-29 unggul dalam pertempuran udara-ke-udara. Pesawat ini diekspor secara luas dan tetap digunakan oleh beberapa angkatan udara.
Meskipun usianya sudah tua, Su-24 – sebuah pembom taktis segala cuaca – tetap beroperasi dengan beberapa angkatan udara, termasuk Angkatan Udara Rusia dan Angkatan Udara Ukraina.
Kazakhstan, yang dulunya merupakan bagian dari Uni Soviet, telah menjalin hubungan dekat dengan Rusia dan secara historis merupakan salah satu sekutu terkuatnya. Namun hubungan tersebut telah berubah sejak Rusia menginvasi Ukraina, dengan Kazakhstan yang lebih bersekutu dengan Barat, sehingga memicu kemarahan sebagian orang di Rusia.
Upaya negara Asia Tengah ini untuk meningkatkan kemampuan militernya bertepatan dengan meningkatnya keterlibatan negara tersebut dengan negara-negara Barat, yang menandakan pergeseran dari hubungan historis dengan Moskow, menurut analisis Kyiv Post.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengunjungi Kazakhstan pada Maret 2023, di mana ia mengatakan bahwa AS sangat mendukung “kemerdekaan, integritas teritorialnya,” menurut kantor berita AFP.
Beberapa propagandis Rusia yang vokal menyarankan agar Rusia beralih ke Kazakhstan setelah invasi mereka ke Ukraina.
Salah satu komentator TV Rusia, Vladimir Solovyov, mengatakan bahwa negaranya "harus memperhatikan fakta bahwa Kazakhstan adalah masalah berikutnya karena proses Nazi yang sama dapat dimulai di sana seperti di Ukraina."
Perjanjian mengenai perdagangan, pendidikan, lingkungan hidup, dan pasokan mineral mencerminkan hubungan yang semakin erat antara Kazakhstan dan negara-negara Barat dalam menghadapi tantangan geopolitik yang ditimbulkan oleh negara-negara tetangga seperti Rusia, Tiongkok, Afghanistan, dan Iran.