Pejabat Israel Makin Was-was, ICC Terbitkan Surat Perintah Penangkapan Penjahat Perang
ICC meluncurkan penyelidikan 3 tahun lalu terhadap kemungkinan kejahatan perang oleh Israel dan militan Palestina sejak perang Israel-Hamas di 2014.
Penulis: Choirul Arifin
Israel malah menuduh Hamas melakukan genosida atas serangannya pada 7 Oktober yang memicu perang. Militan menyerbu pangkalan militer dan komunitas pertanian di Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sekitar 250 orang.
Sebagai tanggapan, Israel melancarkan serangan besar-besaran melalui udara, laut dan darat yang telah menewaskan lebih dari 34.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan dalam perhitungannya.
Israel menyalahkan tingginya angka kematian warga sipil pada Hamas karena militan bertempur di daerah pemukiman padat. Militer mengatakan mereka telah membunuh lebih dari 12.000 militan, tanpa memberikan bukti.
Perang tersebut telah memaksa sekitar 80 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza meninggalkan rumah mereka, menyebabkan kehancuran besar di beberapa kota besar dan kecil, dan mendorong Gaza bagian utara ke ambang kelaparan.
Israel telah berjanji untuk memperluas serangan daratnya ke kota Rafah di Gaza selatan, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari pertempuran di tempat lain. Israel mengatakan Rafah adalah benteng terakhir Hamas, dengan ribuan pejuang ditempatkan di sana.
Untuk semua berita utama terbaru, ikuti saluran Google Berita kami secara online atau melalui aplikasi.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden, yang telah memberikan dukungan militer dan politik yang penting untuk serangan tersebut, telah mendesak Israel untuk tidak menyerang Rafah karena khawatir hal itu dapat menyebabkan bencana kemanusiaan, kekhawatiran yang ia tegaskan kembali dalam panggilan telepon dengan Netanyahu pada hari Minggu.
Menteri Luar Negeri Antony Blinken diperkirakan akan mengunjungi Israel pada kunjungan terakhirnya ke wilayah tersebut, yang dimulai di Arab Saudi pada hari Senin.
Sementara itu, AS, Mesir dan Qatar mendorong Israel dan Hamas untuk menerima perjanjian yang mereka buat yang akan membebaskan beberapa sandera dan setidaknya menghasilkan gencatan senjata sementara.
Hamas diyakini masih menyandera sekitar 100 sandera dan 30 lainnya setelah sebagian besar sisanya dibebaskan dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina tahun lalu.
Hamas mengatakan pihaknya tidak akan melepaskan sandera yang tersisa tanpa kesepakatan untuk mengakhiri perang. Netanyahu menolak permintaan itu, dan mengatakan Israel akan melanjutkan serangannya sampai Hamas hancur dan semua sandera dikembalikan.
Sumber: Al Arabiya