Hamas Terima Gencatan Senjata Tapi Israel Masih Terus Bombardir Rafah 12 Orang Tewas
Israel mengatakan kesepakatan itu tidak memenuhi “tuntutan utama” dan mereka terus melancarkan serangan ke kota Rafah di Gaza selatan.
Penulis: Hasanudin Aco
Mohammed Jindiyah mengatakan bahwa pada awal perang, dia mencoba bertahan di rumahnya di Gaza utara di bawah pemboman besar-besaran sebelum melarikan diri ke Rafah.
Dia mematuhi perintah evakuasi Israel kali ini, namun tidak yakin apakah akan pindah ke Muwasi atau ke tempat lain.
“Kami adalah 12 keluarga, dan kami tidak tahu harus pergi ke mana. Tidak ada wilayah yang aman di Gaza,” katanya.
Sahar Abu Nahel, yang melarikan diri ke Rafah bersama 20 anggota keluarganya, termasuk anak dan cucunya, menyeka air mata di pipinya, putus asa dengan langkah baru.
“Saya tidak punya uang atau apa pun. Saya sangat lelah, begitu pula anak-anak,” katanya. “Mungkin lebih terhormat bagi kami untuk mati. Kami sedang dipermalukan.”
Pemboman dan serangan darat Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 34.700 warga Palestina, sekitar dua pertiganya adalah anak-anak dan perempuan, menurut pejabat kesehatan Gaza.
Penghitungan tersebut tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan. Lebih dari 80 persen dari 2,3 juta penduduk terpaksa meninggalkan rumah mereka, dan ratusan ribu orang di wilayah utara berada di ambang kelaparan, menurut PBB.
Perang ini dipicu oleh serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 7 Oktober ke Israel selatan di Israel selatan. dimana militan Palestina membunuh sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik sekitar 250 sandera.
Setelah baku tembak selama gencatan senjata pada bulan November, Hamas diyakini masih menahan sekitar 100 warga Israel serta sekitar 30 jenazah lainnya.
Sumber: Al Jazeera/Arab News