Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Imbas Gelombang Panas, Panen Durian di Chanthaburi, Thailand Tahun Ini Menurun Drastis

Tak hanya uang yang ia terima dari panen durian yang berkurang, biaya operasional para petani juga telah meningkat karena gelombang panas

Penulis: Bobby W
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Imbas Gelombang Panas, Panen Durian di Chanthaburi, Thailand Tahun Ini Menurun Drastis
LILLIAN SUWANRUMPHA / AFP
pekerja membongkar truk durian di pemasok durian Paeng Jae Ting di pasar grosir buah Noen Sung di provinsi Chanthaburi timur Thailand, Rabu (1/5/2024) 

TRIBUNNEWS.COM - Gelombang panas di sejumlah daerah di Asia Tenggara terus memberikan dampak negatif bagi perekonomian warganya.

Setelah beberapa waktu viral kabar ribuan ekor ikan mati di Vietnam karena gelombang panas, kini nestapa juga dirasakan oleh para petani durian di Thailand.

Gelombang panas yang juga melanda di Thailand tersebut telah mengakibatkan hasil panen durian yang lebih kecil dan biaya operasional yang membengkak.

"(Panen) tahun ini krisis," kata seorang petani durian di Thailand, Busaba Nakpipat seperti yang dikutip Tribunnews dari AFP.

Keluhan tersebut disampaikan oleh wanita berusia 54 tahun yang telah menekuni bisnis durian sejak tiga dekade yang lalu saat dirinya mengambil alih pertanian orang tuanya.

"Jika cuaca panas terus meningkat di masa depan, maka bisnis durian itu akan berakhir, karena petani tidak akan bisa menghasilkan durian lagi."" katanya pengusaha durian asal provinsi Chanthaburi timur yang juga jadi pusat pertanian raja buah tersebut.

Ia mengaku musim durian biasanya berlangsung dari Maret hingga Juni.

BERITA REKOMENDASI

Akan tetapi, karena suhu yang melonjak tinggi  hingga sekitar 40 derajat Celsius di Chanthaburi selama beberapa minggu pun membuat kekeringan yang kemudian mempersingkat masa panen.

Busaba mengatakan gelombang panas menyebabkan durian, yang diukur berdasarkan berat dan ukuran, menjadi matang lebih cepat sehingga tidak tumbuh sebesar mungkin  sehingga ukurannya tidak memenuhi standar.

Tak hanya uang yang ia terima dari panen yang berkurang, biaya operasional Busaba juga telah meningkat.

Sejak Maret kekeringan telah terjadi di Chanthaburi dan menyebabkan sumur-sumur mulai kehabisan air,

Baca juga: Fenomena Gelombang Panas Berefek Positif ke Produksi Industri Hasil Tembakau

Guna menjaga agar pohon durian yang berharga tetap hidup, Busaba terpaksa membawa ribuan liter air dengan truk.


"Kami harus membeli 10 truk air untuk 120.000 liter air untuk menyiram seluruh lahan pertanian seluas 10 rai (1,6 hektar) kami satu kali," katanya, mengulangi proses tersebut setiap hari lainnya, dengan biaya ribuan dolar.

"Kami telah berdoa agar hujan turun," katanya. "Tapi tidak ada hujan."

Tak hanya petani, para pedagang di pasar durian terdekat juga mengaku memiliki kecemasan tinggi akan panen tahun ini yang menurun drastis.

Siriwan Roopkaew, yang menjaga kios ibunya, mengatakan kekurangan air telah memengaruhi ukuran buah, tetapi untuk saat ini harga tetap tinggi berkat permintaan dari China.

Sekitar 95 persen ekspor durian Thailand adalah ke China, yang mengirimkan hampir $4,6 miliar nilai buah kontroversial itu dari kerajaan itu pada tahun 2023, menurut data dari kementerian perdagangan Beijing.

Pada bulan Mei, media negara China melaporkan peningkatan hampir 50 persen dalam impor durian dari Vietnam, dengan alasan panas dan kekeringan di Thailand.

"Cuaca panas berarti akan ada durian yang lebih sedikit. Bahkan tahun ini, durian lebih sedikit," kata Siriwan, 26 tahun.

"Biasanya, kios saya akan penuh dengan durian pada saat ini."

Sementara petani khawatir tentang air, katanya, penjual seperti keluarganya lebih khawatir tentang ekonomi berkelanjutan.

"Kurangnya durian berarti pendapatan kami berkurang," katanya, "jadi sulit bagi kami untuk bertahan sepanjang tahun."

Sementara itu, kembali di pertanian, Busaba menghela nafas saat memikirkan bulan-bulan mendatang.

"Masa depan durian, itu akan berakhir jika tidak ada air," katanya.

(Tribunnews.com/Bobby)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas