Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pekerja Bantuan Gaza: Warga Palestina Terlalu Lapar untuk Tinggalkan Rafah, Tidak Kuat Berjalan

Perintah untuk pindah ke luar kota tidak ada artinya bagi orang-orang yang 'tidak dapat berjalan' karena kelaparan, kata para pekerja bantuan

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Bobby Wiratama
zoom-in Pekerja Bantuan Gaza: Warga Palestina Terlalu Lapar untuk Tinggalkan Rafah, Tidak Kuat Berjalan
AFP/MOHAMMED ABED
Wanita Palestina berduka atas kematian orang yang mereka cintai di luar rumah sakit Al-Najjar menyusul pemboman Israel semalam di Rafah di Jalur Gaza selatan, di tengah berlanjutnya konflik antara Israel dan Hamas pada 18 April 2024. 

Masalah lainnya adalah kepadatan yang berlebihan.

“Di Deir al-Balah dan daerah Mawasi di pinggiran Rafah dan Khan Younis, hampir tidak ada tempat,” kata Ghada Alhaddad, dari Oxfam International.

"Ada tenda di mana-mana, di pantai, di trotoar, di jalan, di kuburan, di halaman rumah, rumah sakit, di halaman sekolah."

Saieh menjelaskan bahwa timnya membutuhkan waktu enam minggu dan empat kali gagal untuk memindahkan beberapa ratus paket makanan dari Rafah ke utara Gaza.

Bahan bakar masuk melalui penyeberangan Rafah.

“Seluruh operasi bantuan menggunakan bahan bakar. Jika bahan bakar dihentikan, operasi bantuan akan gagal,” kata Konyndyk.

Malnutrisi parah

Pengungsi Palestina berbaris untuk mengisi wadah mereka dengan air di Rafah, di Jalur Gaza selatan pada 19 April 2024
Pengungsi Palestina berbaris untuk mengisi wadah mereka dengan air di Rafah, di Jalur Gaza selatan pada 19 April 2024 (AFP)

Profesor John Maynard, seorang ahli bedah dari Inggris yang telah menghabiskan dua minggu terakhir mengoperasi warga Palestina di Gaza, menyoroti komplikasi langsung akibat dari kekurangan gizi.

Berita Rekomendasi

“Saya mempunyai dua pasien, 16 dan 18 tahun, keduanya menderita luka yang masih bisa disembuhkan, tapi keduanya meninggal minggu lalu akibat kekurangan gizi.”

Rekannya, Dr Kahler, berbicara tentang “titik kritis” di mana enam-delapan bulan, sistem imunologi tubuh bisa rusak.

“Pada saat itulah infeksi dan komplikasi akibat malnutrisi akan dimulai,” tambahnya.

Bencana kelaparan (famine) terjadi jika kurangnya akses terhadap makanan yang berkepanjangan dan parah, tingginya tingkat kekurangan gizi pada anak-anak, dan tingginya angka kematian akibat kelaparan dan penyakit.

Baca juga: WHO Ingatkan Dampak Mengerikan yang Akan Terjadi akibat Serangan Israel ke Rafah

Ketiga ambang batas itu telah dilewati di utara, kata Konyndyk.

“Jika terjadi invasi Rafah, hal ini tentu akan membuat segalanya melewati titik kritis, dan kita akan melihat meroketnya angka kematian akibat kelaparan.”

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas