Tangis Anak-anak Pengungsi di Rafah: Kami Tak Tahu Harus ke Mana Lagi? Rumah Kami Dibom
Rafah wilayah kecil dengan penduduk 1,5 juta jiwa itu dijatuhi bom pada beberapa titik mengakibatkan jatuh korban jiwa.
Penulis: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, GAZA - Seperti diketahi, Militer Israel sejak tiga hari lalu memborbadir Rafah di Palestina.
Wilayah kecil dengan penduduk 1,5 juta jiwa itu dijatuhi bom pada beberapa titik mengakibatkan jatuh korban jiwa.
Agresi militer Israel ke Rafah mengakibatkan gelombang pengungsian di wilayah itu.
Gelombang serangan pertama Israel di Rafah pada Senin (6/5/2024) malam telah menewaskan sedikitnya 23 orang, termasuk enam perempuan dan lima anak-anak.
Korban jiwa diperkirakan terus bertambah hingga hari ini.
Seorang pria di Rafah, Mohamed Abu Amra, kehilangan lima kerabat dekatnya dalam serangan yang juga meratakan rumah miliknya.
“Kami tidak melakukan apa pun, kami tidak terkait Hamas,” kata Abu Amra, yang istrinya, dua saudara laki-lakinya, saudara perempuannya, dan keponakannya semuanya tewas.
“Kami menyaksikan api melahap kami. Rumah itu hangus," ucapnya dikutip dari Al Jazeera.
Keluarga-keluarga Palestina yang mengungsi di Rafah terpaksa mengungsi lagi usai Israel meluncurkan operasi militer ke daerah paling selatan Jalur Gaza tersebut.
Pengungsi Palestina mesti mengungsi lagi untuk menghindari serangan Israel yang dapat membunuh mereka.
Rafah dilaporkan dipadati sekitar 1,5 juta penduduk Palestina saat Israel menyerang.
Banyak diantara mereka berasal dari tengah dan utara Jalur Gaza yang lebih dulu diserang pasukan darat Israel.
Seorang warga Palestina dari timur Gaza, Mohammad Al-Ghul, mengaku terpaksa mengungsi dari Rafah karena serangan Israel.
Ia mengatakan telah lima kali mengungsi sejak Israel menyerang Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu.