Delegasi Israel-Hamas Tinggalkan Kairo, Perundingan Gencatan Senjata Berakhir Tanpa Kesepakatan
Israel menyatakan keberatan terhadap usulan kesepakatan pembebasan tawanan dan menganggap putaran perundingan sudah selesai.
Penulis: Nuryanti
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Delegasi Israel dan Hamas meninggalkan Kairo, Mesir, pada hari ini, Jumat (10/5/2024).
Namun, dalam putaran terakhir perundingan gencatan senjata yang dimediasi oleh Qatar, Amerika Serikat (AS), dan Mesir tersebut berakhir tanpa kesepakatan.
Pasalnya, Israel menyatakan keberatan mereka terhadap usulan kesepakatan pembebasan tawanan dan menganggap putaran perundingan ini sudah selesai.
Hal itu terungkap berdasarkan informasi dari seorang pejabat senior Israel yang tidak mau disebutkan namanya kepada Reuters, Jumat.
Biro politik Hamas juga mengatakan Israel menolak usulan dan mengajukan keberatan atas beberapa isu utama, tanpa menjelaskan secara spesifik.
“Bola sekarang sepenuhnya berada di tangan pendudukan (Israel)" katanya, Jumat, dilansir Al Jazeera.
Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan, Hamas dan Israel harus menunjukkan fleksibilitas jika mereka ingin mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan pemulangan tawanan.
Sementara itu, Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, mengatakan dia yakin masih ada jalan ke depan untuk mencapai kesepakatan.
Namun, ia mengatakan hal itu memerlukan kepemimpinan dan keberanian moral dari kedua belah pihak.
Diberitakan The Times of Israel, lamanya jeda awal dalam pertempuran dalam potensi gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera antara Israel dan Hamas merupakan titik hambatan utama dalam putaran perundingan terbaru di Kairo.
Tawaran terbaru Hamas menuntut agar Israel menyetujui gencatan senjata selama 12 minggu, bukan enam minggu seperti yang ditawarkan dalam proposal sebelumnya.
Baca juga: Israel Rekrut Tentara Veteran ke Batalion Khusus Gara-gara Kewalahan di Gaza
Proposal Hamas yang diajukan kepada mediator AS, Mesir, dan Qatar minggu ini menetapkan dua periode tenang berturut-turut, masing-masing enam minggu.
Sumber yang dikutip oleh CNN mengatakan, Israel sangat prihatin dengan bagaimana fase pertama akan bertransisi ke fase kedua.
Menurut laporan CNN, para pejabat Israel menentang jeda yang lebih lama karena hal itu secara efektif akan mengakhiri perang, yang ditolak oleh Yerusalem sebagai syarat untuk kesepakatan penyanderaan.