Media Israel Mengulas Fenomena Bunuh Diri Tentara IDF: Bak Jerami yang Mematahkan Punggung Unta
secara umum, kondisi psikologis tentara IDF yang bertugas berada dalam kondisi yang rentan, mengingat apa yang mereka saksikan di medang perang.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Ternyata dia dibunuh oleh friendly fire (tembakan yang dilepaskan oleh teman sendiri).
Sebaliknya, di tanah mereka menemukan "Yotam" (bukan nama sebenarnya), yang bunuh diri; Mereka menyatakan kematiannya di tempat karena terbunuh oleh friendly fire.
Rekan-rekannya tidak mengetahui alasan sebenarnya selama beberapa hari. Penyebab kematiannya masih menjadi misteri, seolah-olah telah diblokir oleh sensor."
Hanya beberapa minggu kemudian, Haaretz mengetahui bahwa penyelidikan awal militer IDF mengkonfirmasi kalau Yotam telah melakukan bunuh diri.
Yotam bukan satu-satunya orang berseragam yang bunuh diri pada hari-hari awal perang, sebelum invasi darat Israel ke Gaza.
Daftar tersebut, yang tidak diungkapkan oleh pihak militer, mencakup beberapa tentara, termasuk dua perwira, dengan pangkat mayor dan letnan kolonel.
Beberapa di antaranya bunuh diri pada jam-jam pertama pertempuran, ketika pertempuran masih berkecamuk di sekitar Gaza.
Surat kabar tersebut mengutip Profesor Yossi Levy Belz, kepala Pusat Studi Bunuh Diri dan Sakit Mental di Pusat Akademi Rubin, yang mengatakan kalau fenomena insiden bunuh diri di kalangan IDF ini sangat mengejutkan mereka.
“Kami biasanya tidak terbiasa (pada kasus) bunuh diri saat peperangan berlangsung, (lazimnya) terjadi ketika pertempuran mereda, terutama di antara orang-orang yang menderita "gangguan stres pasca-trauma, yang bangun setiap pagi dengan pemandangan, suara, dan rasa bersalah, bahkan setelah perang usai."
Kepala Direktorat Urusan Angkatan Darat Israel mengumumkan kalau IDF, untuk pertama kalinya, akan mengakui tentara yang tewas karena “keadaan pribadi” sebagai korban dalam perang, dan menambahkan: “Kasus yang jarang terjadi ini mungkin menunjukkan betapa parahnya perang tersebut, tentang apa yang terjadi di Gaza selama jam-jam tersebut, dan dampaknya terhadap situasi tersebut.”
Laporan tersebut menjelaskan bahwa para profesional di bidang penanganan kasus bunuh diri mengatakan: “Secara umum, sebagian besar tentara yang melakukan bunuh diri masih sangat muda, dalam pelatihan dasar, atau pada tahun pertama dinas.”
Mengenai motif langsung bunuh diri, surat kabar tersebut melaporkan percakapan dari kerabat pelaku bom bunuh diri dan rekan-rekan mereka yang mengungkapkan bahwa beberapa tentara yang bunuh diri mengalami kesulitan psikologis dalam menghadapi apa yang mereka lihat.
Bau Mayat
Salah satu tentara berkata tentang rekannya yang bunuh diri bahwa dia terus mengatakan kepadanya bahwa dia tidak bisa melupakan bau mayat yang berserakan dimana-mana, dan dia tidak bisa tidur.
Seorang petugas ingat bahwa seorang tentara yang melakukan bunuh diri tidak dapat tidur di malam hari dan terganggu oleh suara apa pun, meskipun suaranya pelan.