Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

3 Hal di Balik Remuknya Israel di Jabalia: IDF Salahkan Politisi, Qassam Kini Kuasai Jurus Hizbullah

Para petempur Hamas akan menghabiskan waktu berhari-hari menunggu, bertahan tanpa makanan atau tidur yang cukup demi muncul di balik pasukan Israel

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in 3 Hal di Balik Remuknya Israel di Jabalia: IDF Salahkan Politisi, Qassam Kini Kuasai Jurus Hizbullah
khaberni/HO
Barisan tank Merkava Israel tampak hangus hasil pertempuran sengit di Jalur Gaza melawan milisi pembebasan Palestina, Hamas Cs. Di Jabalia, Gaza Utara, Israel juga dilaporkan mengalami kerugian personel dan peralatan tempur yang signifikan dalam sepekan terakhir, termasuk Kamis (16/5/2024). 

Sebaliknya, apa yang terjadi adalah perubahan taktik di pihak Perlawanan yang mengubah sifat pertempuran di Gaza secara keseluruhan.

Seorang anggota Brigade Al-Quds menembakkan mortir ke sasaran Israel.
Seorang anggota Brigade Al-Quds menembakkan mortir ke sasaran Israel. (khaberni/HO)

Al Qassam Kuasai Jurus Hizbullah

Salah satu ciri utama perang Lebanon tahun 2006 adalah penggunaan terowongan oleh Hizbullah.

Para petempur akan menghabiskan waktu berhari-hari menunggu, bertahan tanpa makanan atau tidur yang cukup.

Hal ini dilakukan demi bisa muncul di belakang pasukan Israel seperti hantu dan menerkam.

Hamas kini telah menguasai hal ini juga di Jabalia yang berkontur tanah berpasir khas padang gurun.

Hal itu terungkap dari sejumlah video yang dirilis Brigade Al-Qassam di mana para petempur Hamas muncul dari lubang kecil, menyelinap ke belakang tank IDF untuk meletakkan bom dan peledak tanpa diketahui oleh pasukan infanteri IDF.

Di sisi lain, Brigade Al-Qassam juga memanfaatkan lemahnya koordinasi militer IDF dalam strategi pertempuran di Jabalia dan Zaytoun, Gaza Utara.

BERITA REKOMENDASI

Pakar militer dan strategis asal Yordania, Nidal Abu Zaid, menganalisis perlawanan milisi pembebasan Palestina, Hamas Cs dan sayap-sayap militer mereka, sukses mengacaukan operasi militer Israel di Rafah, Gaza Selatan.

Zaid menjelaskan, ketika pasukan pendudukan Israel (IDF) mengumumkan peluncuran invasi Rafah, milisi perlawanan membuka pertempuran di Jalur Gaza utara di Jabalia dan lingkungan Al-Zaytoun.

Baca juga: Zaytoun di Gaza Membara, Al Qassam Hancurkan Tank Merkava Israel, IDF Kena Jebak di Terowongan

Perlawanan ini menghasilkan pertempuran sengit yang memaksa IDF untuk menarik Divisi Terjun Payung ke-98 yang terkonsentrasi di Rafah untuk bergerak ke Gaza utara.

"Hal ini dikarenakan pasukan pendudukan mengira akan melakukan operasi cepat untuk mengatasi kantong perlawanan di Jabalia dan Al-Zaytoun," kata Zaid dilansir Khaberni, Selasa (14/5/2024).

Namun, rupanya milisi pembebasan Palestina memberikan perlawanan sengit yang memaksa divisi tersebut untuk terus bertempur di Gaza utara.

"Hal ini mengacaukan rencana invasi IDF ke Rafah sebagai akibat hilangnya seluruh divisi yang awalnya diperlengkapi untuk bekerja dengan Divisi Lapis Baja ke-162 di Rafah," kata Zaid.

Ini artinya, pasukan IDF kekurangan satu divisi untuk bertempur di Rafah karena sudah memplotnya ke Gaza Utara.

Belakangan, Yoav Gallant, menteri pertahanan Israel, menyatakan akan mengirimkan pasukan tambahan untuk operasi di Rafah.

Baca juga: Israel Salah Langkah di Jabalia, Al Qassam Robohkan 30 IDF Sekali Tepuk, Jenderal Ambruk di Zaytoun

Pengambilan gambar yang diambil dari rekaman video AFPTV ini menunjukkan warga Palestina memeriksa kehancuran pasca serangan Israel di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza, pada 1 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan gerakan Hamas Palestina.
Pengambilan gambar yang diambil dari rekaman video AFPTV ini menunjukkan warga Palestina memeriksa kehancuran pasca serangan Israel di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza, pada 1 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan gerakan Hamas Palestina. (AFP)

Abu Zaid menambahkan, pihak milisi perlawanan, Hamas Cs tidak menginginkan adanya bentrokan serius dengan pasukan pendudukan Israel, baik di Jabalia, lingkungan Zaytoun, atau bahkan Rafah.

"Karena operasinya milisi perlawanan berfokus pada melelahkan pasukan pendudukan dan bukan pad apertempuran yang menentukan," katanya.

Hamas Cs, kata Zaid, berusaha untuk menghasilkan kerugian-kerugian besar di pihak Israel dalam operasi serangannya secara hit and run tersebut.

"Dengan begitu, IDF akan mengerahkan sumber daya intelijen yang lebih besar dari unit-unit pendudukan, yang jelas masih mengalami kelemahan dalam upaya tersebut," katanya.

Dalam perlawanannya, faksi-faksi milisi perlawanan Palestina di Gaza rupanya menyatukan kekuatan mereka.

Untuk front di Al Zaytoun, Brigade Al-Qassam mengatakan dalam sebuah pernyataan kalau mereka, bersama dengan Brigade Al-Quds, berkolaborasi menghadapi invasi pasukan IDF.

Brigade Al Qassam bersama Brigade Al Quds menargetkan tank Zionis "Merkava" dengan dua peluru anti-lapis baja di dekat persimpangan "Shafut" di lingkungan Al-Zaytoun," kata pernyataan Al Qassam.

Besarnya perlawanan di Zaytoun, memaksa IDF menarik pasukannya demi reorganisasi untuk melakukan operasi yang jauh lebih besar dari yang disiapkan sebelumnya.

IDF mengkonfirmasi kalau pasukan Brigade Nahal ditarik dari lingkungan Zaytoun di Kota Gaza setelah enam hari, untuk mempersiapkan “operasi ofensif tambahan.”

Diksi 'operasi tambahan' ini juga menunjukkan kalau IDF tadinya mengira kalau operasi berlangsung secara cepat dalam beberapa hari.

Kenyataannya, salah perhitungan membuat IDF menelan kerugian dalam jumlah besar dalam operasi di sana.

Untuk menggantikan Brigade Nahal yang ditarik mundur tersebut, pasukan cadangan Brigade Carmeli IDF diperintahkan untuk terus beroperasi di Zaytoun.

Langkah IDF ini, bertentangan dengan laporan media Israel yang mengklaim kalau operasi enam hari di sana telah berakhir.

(oln/berbagaisumber/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas