3 Hal di Balik Remuknya Israel di Jabalia: IDF Salahkan Politisi, Qassam Kini Kuasai Jurus Hizbullah
Para petempur Hamas akan menghabiskan waktu berhari-hari menunggu, bertahan tanpa makanan atau tidur yang cukup demi muncul di balik pasukan Israel
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Tiga Hal di Balik Remuknya Israel di Jabalia: IDF Salahkan Politisi, Qassam Kini Kuasai Jurus Hizbullah
TRIBUNNEWS.COM - Kenyataan pahit diterima pasukan Israel (IDF) saat memutuskan kembali beroperasi di Kamp Jabalia, Gaza Utara di kala mereka memusatkan kekuatan besar untuk menginvasi Rafah, Gaza Selatan.
Laporan terkonfrimasi menunjukkan, tentara IDF mengalami kerugian personel dan peralatan tempur yang banyak dalam sepekan terakhir di Jabalia.
Baca juga: Israel Salah Langkah di Jabalia, Al Qassam Robohkan 30 IDF Sekali Tepuk, Jenderal Ambruk di Zaytoun
Ada sejumlah hal yang patut digarisbawahi dari perlawanan sengit milisi Palestina di wilayah Gaza Utara, termasuk Zaytoun dan Jabalia, ini.
Faktor-faktor tersebut secara signifikan menjadi penyumbang remuknya tentara IDF saat kembali menyerbu ke satu di antara delapan kawasan pengungsian terbesar di Jalur Gaza tersebut.
Baca juga: IDF Tembus Jantung Jabalia, Perwira Senior Ungkap Strategi Asal-asalan Israel, Qassam Memanen Korban
IDF Salahkan Politisi
Gaza Utara, termasuk Zaytoun dan Jabalia, sejatinya menjadi dua target awal serangan IDF di awal pecahnya perang per 7 Oktober 2023 silam pasca-serangan Banjir Al-Aqsa Hamas.
Dua lingkungan ini sudah porak-poranda dibombardir serangan udara IDF.
Pasukan infanteri IDF bahkan sudah menyapu wilayah tersebut dan menyatakan sudah 'membongkar' kekuatan Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas.
Diksi yang digunakan IDF saat itu adalah 'dismantled', meninggalkan jejak kekejaman dan kehancuran di sana-sini, termasuk di kompleks RS Al-Shifa.
Namun, setelah meratatanahkan Gaza Utara, IDF seolah pergi begitu saja, meninggalkan anggota brigade Hamas untuk kembali mengumpulkan kembali kekuatan mereka.
Hal ini yang disesalkan IDF dari para politisi mereka di Tel Aviv.
Tak ada rencana matang soal 'the day after' dari Israel, menyisakan ruang kosong untuk diisi kembali oleh milisi perlawanan Palestina.
Israel tadinya berencana menggunakan 'orang lokal sekitar' untuk dijadikan antek guna mengontrol wilayah. Namun para klan-keluarga Palestina menolak.
Mereka meyakini Hamas adalah pihak yang bisa mengendalikan wilayah. Hal yang sama juga terjadi di Selatan saat Israel habis-habisan membombardir Khan Yunis.
Baca juga: Mundur Tanpa Hasil, Ini yang Bikin Tentara Israel Gagal di Khan Yunis, Mati Kutu di Perang Kota