Mahmoud Ahmadinejad, Sosok Populis Iran yang Bikin Israel Ketakutan Bakal Gantikan Ebrahim Raisi
Israel mengkhawatirkan sosok pengganti Ebrahim Raisi. Kembalinya Mahmoud Ahmadinejad, Presiden ke-6 Iran, serta dianggap musuh berbahaya Israel
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Selanjutnya pada bulan Mei, dewan kota menunjuk Ahmadinejad untuk melayani sebagai wali kota.
Selama menjabat sebagai wali kota Teheran, Ahmadinejad dipuji karena dianggap telah berhasil mengatasi masalah lalu lintas dan menekan harga.
Berkat karisma dan keterampilan berpolitiknya, Ahmadinejad dengan cepat meraih banyak dukungan.
Sejumlah kebijakan yang diambilnya saat menjadi wali kota di antaranya menutup restoran cepat saji ala Barat dan menutup papan reklame dengan referensi Barat.
Dia juga menganjurkan pemisahan lift untuk laki-laki dan perempuan, serta mengubah fungsi pusat budaya sebagai aula salat selama Ramadhan.
Selain itu, dia memerintahkan para pria pegawai pemerintahan kota untuk memelihara jenggot dan mengenakan kemeja lengan panjang.
Menjadi Presiden Iran
Pada 2005, Ahmadinejad mencalonkan diri dalam pemilihan presiden dengan dukungan penuh dari para pemimpin konservatif.
Dia melakukan pendekatan yang merakyat dan berjanji untuk mengatasi kemiskinan dan ketidakadilan sosial di Iran, serta memberantas korupsi.
Ahmadinejad juga menjadi satu-satunya kandidat presiden yang secara terang-terangan menentang peningkatan hubungan Iran dengan Amerika Serikat. Ahmadinejad menempatkan dirinya sebagai calon presiden yang sederhana dan merakyat.
Sementara pesaingnya, mantan presiden Iran dari 1989 hingga 1997, Hashemi Rafsanjani, digambarkan sebagai politisi yang korup.
Ahmadinejad akhirnya memenangkan pemilihan dengan hasil telak dan meraih 17 juta suara dari total 27 juta suara.
Dia dilantik menjadi presiden pada 3 Agustus 2005 oleh pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Sebagai presiden, Ahmadinejad tetap menampilkan dirinya sebagai presiden yang merakyat.
Dia ingin terus tinggal di rumahnya sendiri daripada di istana kepresidenan, hingga akhirnya baru bersedia pindah setelah dibujuk oleh para penasihat keamanan.