Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kronologi Turbulensi Singapore Airlines: Menukik dari 37 Ribu Kaki Lalu Mendarat Darurat di Thailand

Pesawat tiba-tiba turun tajam dari meluncur tajam dari ketinggian 37.000 kaki ke 31.000 kaki dalam rentang waktu sekitar tiga menit.

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Kronologi Turbulensi Singapore Airlines: Menukik dari 37 Ribu Kaki Lalu Mendarat Darurat di Thailand
AFP/ROSLAN RAHMAN
Ilustrasi. Pukul 08.00 GMT, pesawat Singapore Airlines tiba-tiba turun tajam dari meluncur tajam dari ketinggian 37.000 kaki ke 31.000 kaki dalam rentang waktu sekitar tiga menit. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK – Pesawat Singapore Airlines tujuan Singapura mengalami turbulensi ekstrim hingga membuat satu orang penumpang tewas dan 30 lainnya mengalami luka parah, Selasa (21/5/2024).

Pihak maskapai menjelaskan pesawat Boeing 777-300ER mengalami turbulensi saat melakukan perjalanan dari London pukul 22.38 malam menuju Singapura.

Namun tepat pukul 08.00 GMT, pesawat tiba-tiba turun tajam dari meluncur tajam dari ketinggian 37.000 kaki ke 31.000 kaki dalam rentang waktu sekitar tiga menit.

Baca juga: Singapore Airlines Alami Turbulensi Parah, Pria 73 Tahun Meninggal Dunia, Punya Masalah Jantung

“Pesawat lepas landas pada pukul 22.38 waktu Inggris. Pesawat itu melaju pada ketinggian 37.000 kaki sebelum turun 6.000 kaki (1.830 m) dalam waktu sekitar tiga menit, menurut data pelacakan penerbangan,” kata FlightRadar24.

Setelah bertahan selama 10 menit di ketinggian 31.000 kaki pesawat Boeing 777-300ER akhirnya melakukan pendaratan darurat di Bandara Internasional Suvarnabhumi Bangkok, Thailand pukul 15.45 waktu setempat.

Pesawat Singapore Airlines dari London menuju Singapura, mengalami turbulensi parah
Pesawat Singapore Airlines dari London menuju Singapura, mengalami turbulensi parah (X)

Hingga kini belum diketahui secara pasti apa penyebab dari turbulensi ini, namun Konsultan senior penerbangan di perusahaan riset pasar Frost and Sullivan, Shantanu Ganga Khedkar, mengatakan bahwa turbulensi dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, mulai dari badai, awan, hingga aliran jet.

Berita Rekomendasi

"CAT terjadi ketika langit benar-benar cerah. Kita tidak bisa melihatnya dan itu terjadi tiba-tiba. Saat ini kami tidak memiliki teknologi untuk memprediksi (atau mendeteksi) CAT, apalagi pada ketinggian 36.000 kaki," kata Gangakhedkar, dikutip dari CNA.

Satu Penumpang Tewas

Meski turbulensi hanya terjadi selama beberapa menit, namun hal ini menyebabkan pesawat bergerak turun drastis hingga seorang pria Inggris berusia 73 tahun tewas.

Seorang penumpang Singapore Airlines yang mengalami turbulensi ekstrim menceritakan pengalaman horor saat berada di pesawat tersebut.

"Tiba-tiba pesawat mulai miring dan terjadi guncangan yang membuat saya bersiap menghadapi apa yang terjadi, tiba-tiba pesawat merosot tajam. Kemudian yang tak pakai sabuk pengaman terlempar ke langit-langit," kata penumpang bernama Dzafran Amir seperti dikutip dari Reuters, pada Selasa (21/5).

"Beberapa orang kepalanya terbentur kabin di atas dan itu penyok, mereka menabrak tempat lampu dan masker berada dan langsung mengenainya," sambung dia.

Pasca melakukan pendaratan darurat, Polisi imigrasi Thailand memastikan medis sudah dikirimkan untuk membantu mengevakuasi penumpang di pesawat Singapore Airlines.

“Singapore Airlines menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga almarhum. Kami bekerja sama dengan pihak berwenang setempat di Thailand untuk memberikan bantuan medis yang diperlukan, dan mengirimkan tim ke Bangkok untuk memberikan bantuan tambahan yang diperlukan,” kata maskapai itu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas