Kiev Siapkan Taktik Perang Jangka Panjang, Ini yang Dilakukan Terhadap Balatentaranya
Ukraina segera menurunkan sebanyak 60 persen balatentaranya untuk meneruskan komando dan unit tempurnya.
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Ukraina segera menurunkan sebanyak 60 persen balatentaranya untuk meneruskan komando dan unit tempurnya.
Pemerintahan Kiev juga akan memanggil tentara yang telah selesai masa tugasnya untuk kembali berjuang mengusir penjajah Rusia.
Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina menempuh hal tersebut sebagai taktik tempur jangka panjang. Pasukan cadangan segera dipersiapkan terjun ke garis depan peperangan.
Baca juga: 4.300 Napi Ukraina Daftar Jadi Tentara, Kiev Targetkan 20.000 Tentara Datang dari Balik Penjara
Direktorat Perencanaan Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina, Evgeny Ostryansky mengatakan, militer Kiev telah memutuskan bahwa mereka harus berbuat lebih banyak dengan lebih sedikit orang.
“Rencananya adalah menggunakan personel yang dibebastugaskan untuk mengisi kembali badan komando dan kendali di tingkat operasional dan taktis, serta unit tempur,” kata Ostryansky di Telegram.
“Ini juga akan memungkinkan terjadinya rotasi unit yang membawa misi tempur jangka panjang di garis depan,” tambahnya.
Langkah terbaru Kiev ini dilakukan di tengah perubahan besar pada aturan mobilisasi yang bertujuan untuk meningkatkan pasukan tempur yang cukup untuk menutupi kekalahan dalam pertempuran dengan Rusia.
Kiev telah melakukan perekrutan militer dari warganya yang memenuhi usia militer berdasarkan Undang-Undang negara itu.
Sebelumnya, Presiden Volodymyr Zelensky berencana merekrut setidaknya 500.000 tentara baru untuk menambah pasukan di garis depan yang terus berkurang akibat tewas dan luka.
Baca juga: Vladimir Putin Menyindir Barat, dengan Mempersenjatai Kiev Mereka Pikir Bisa Hancurkan Rusia
Dalam mobilisasi tersebut, narapidana dijanjikan pembebasan bersyarat jika mereka mendaftar di militer.
Sedangkan warga Ukraina yang berada di luar negeri juga diharuskan mendaftar ke militer jika mereka menginginkan layanan konsuler, seperti memperbarui paspor dan kartu identitas.
Rusia Tak Lakukan Mobilisasi Lagi
Sementara Rusia menyatakan tidak akan melakukan mobilisasi lagi.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan hal itu membantah, Financial Times yang memberitakan Rusia akan melakukan mobilisasi parsial seperti yang dilakukan pada akhir 2022.
Saat itu Rusia dikabarkan merekrut sebanyak 300.000 warga untuk menjalani wajib militer.
"Saya hanya bisa mengatakan bahwa kami secara aktif merekrut relawan yang bersedia mengabdi berdasarkan kontrak, prosesnya berlanjut setiap hari. Dan presiden (Vladimir Putin) telah mengatakan lebih dari sekali bahwa, menurut militer kita, tidak diperlukan mobilisasi lagi,” kata Peskov dikuti dari Russia Today.
Saat itu Putin mengatakan bahwa Rusia tidak berencana mengumumkan mobilisasi kedua, mengingat pada saat itu masuknya sukarelawan telah melebihi perkiraan.
Pada awal April 2024 lalu, Kementerian Pertahanan mengatakan lebih dari 100.000 warga Rusia telah menjadi sukarelawan untuk dinas militer sejak awal tahun.