Israel Tak Peduli meski Rafah Dianggap Zona Aman, Tenda-tenda Pengungsi Dihujani Bom
Pada Minggu (26/5/2024) malam kemarin, pasukan pendudukan Israel membantai puluhan pengungsi di Rafah, Gaza selatan.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
Angka-angka ini diyakini jauh dari jumlah sebenarnya korban perang genosida Israel di Gaza.
Otoritas Kesehatan Palestina menghadapi tantangan besar dalam menghitung secara akurat jumlah martir yang terluka dan orang-orang yang meninggal di bawah reruntuhan.
Dalam perkembangan lain yang dilaporkan Al Jazeera, Staf di Rumah Sakit Rafah Kuwait membagikan kesaksiannya ketika ikut mengevakuasi pasien ketika serangan Israel datang bertubi-tubi.
Dr Mohammed Tahir, seorang ahli bedah ortopedi, yang baru saja kembali ke Inggris setelah menjadi sukarelawan di Rafah, menggambarkan situasi di rumah sakit tersebut.
“Saya (baru saja) menelepon beberapa rekan kerja saya (di Gaza) dan mereka mengalami tembakan artileri dan serangan quadcopter di dekatnya. Mereka takut akan nyawa mereka,” kata Tahir kepada Al Jazeera.
“Ini adalah situasi yang mengerikan. Ini di Tal as-Sultan, yang berada di sebelah barat Rafah. Ini adalah daerah yang belum dievakuasi namun terjadi serangan yang sangat dahsyat saat ini,” kata Tahir.
Ia menyerukan agar komunitas internasional segera berbuat lebih banyak.
Baca juga: ActionAid: Korban Tewas akibat Pembantaian Israel di Zona Aman Rafah Naik Jadi 50 Orang
"Kita perlu mengizinkan personel medis memasuki Gaza. Kita perlu mengizinkan pasokan medis masuk ke Gaza," lanjutnya.
"Semua rumah sakit ini mengalami berkurangnya pasokan obat-obatan yang sangat penting dan juga bahan bakar untuk menjalankannya. Jadi situasinya sangat buruk di sana dan saya mendesak masyarakat internasional untuk segera bertindak," terangnya.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)