Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Serukan Perang Vis a Vis Lawan Israel, Partai Nasser Mesir Desak Pembatalan Perjanjian Camp David

Invasi Israel ke Rafah, seru gerakan itu, harusnya dihadapi secara vis-a-vis oleh tentara Mesir karena berkaitan dengan keamanan nasional

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Serukan Perang Vis a Vis Lawan Israel, Partai Nasser Mesir Desak Pembatalan Perjanjian Camp David
khaberni
Tentara Mesir di titik perbatasan. Senin (27/5/2024), Tentara Mesir dilaporkan menembaki Tentara Israel di perbatasan titik penyeberangan Rafah setelah berminggu-minggu ketegangan kedua negara yang dipicu invasi Rafah oleh IDF. 

,

Serukan Perang Vis a Vis Lawan Israel, Partai Nasser Mesir Desak Pembatalan Perjanjian Camp David

TRIBUNNEWS.COM - Arab Democratic Nasserist Party (ADNP) atau Partai Persatuan Nasseris di Mesir menyatakan, mengutuk sikap “posisi tercela” rezim pemerintahan negara-negara Arab, terkait invasi Israel ke kota paling selatan di Jalur Gaza, Rafah.

Gerakan tersebut menyatakan, negara-negara Arab adalah “mitra sejati” dalam kejahatan genosida yang dilakukan oleh rezim Israel terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza, dilansir Al-Mayadeen.

Baca juga: Kebakaran Jenggot Soal Rafah, Mesir Diyakini Jaga Hubungan dengan Israel Karena Insentif Ekonomi

Dalam sebuah pernyataan, gerakan ini menolak sikap pemerintah Mesir, dan mengatakan kalau rezim Kairo belum mengambil tindakan tegas dan pencegahan yang mencerminkan “prestise dan nilai Mesir” atas agresi Israel di Rafah.

Invasi Israel ke Rafah, seru gerakan tersebut, harusnya dihadapi secara vis-a-vis (duel tatap muka) oleh tentara Mesir karena berkaitan dengan keamanan nasional.

Baca juga: Mesir Beri Sinyal ke Hamas Cs, Gabung Perang Kalau Israel Rebut Kendali Koridor Philadelphia

"Secara khusus, Partai Persatuan Nasserist menunjuk pada kelambanan pemerintah Mesir dalam menghadapi invasi Israel ke Rafah, yang diyakini telah mengganggu kehidupan warga Palestina dan keamanan nasional Mesir," tulis laporan tersebut.

Berita Rekomendasi

Mengenai hal terakhir, gerakan Nasseris, mengacu pada fakta bahwa invasi Rafah di sepanjang perbatasan Palestina-Mesir dan pendudukan Israel di perbatasan Rafah, menyebut hal itu sebagai tindakan yang melanggar ketentuan perjanjian Camp David dan kedaulatan Mesir.

Mengenai masalah ini, pernyataan tersebut menyoroti bentrokan baru-baru ini antara pasukan Mesir dan pasukan pendudukan Israel di dekat perbatasan, yang menyebabkan tewasnya setidaknya satu tentara Mesir.

Baca juga: Mesir Lembek ke Israel, Tak Ada Pejabat Negara Hadir di Pemakaman Tentara yang Tewas Ditembak IDF 

Tank IDF saat memasuki perbatasan dari sisi Palestina di titik penyeberangan Rafah.
Tank IDF saat memasuki perbatasan dari sisi Palestina di titik penyeberangan Rafah. (IDF Spokesperson)

"Gerakan tersebut mengatakan bahwa tentara Mesir yang tewas ditembak pasukan Israel tersebut harus dipuji sebagai “simbol dan perwujudan hati nurani nasional Mesir dan doktrin teguhnya dalam perang dan perjuangan melawan musuh”," tambah pernyataan tersebut.

Dalam konteks ini, Partai Nasserist Bersatu Mesir menyerukan serangkaian tindakan yang harus dilakukan pemerintah Mesir, antara lain:

  • Memutuskan semua hubungan dengan rezim Israel, membatalkan semua perjanjian, terutama Perjanjian Camp David yang “memalukan” dan (segala) “perjanjian damai” (dengan Israel), dan mengkriminalisasi segala bentuk hubungan dan normalisasi dengan “musuh Zionis”;
  • Memberikan segala bentuk dukungan kepada Perlawanan Palestina yang gagah berani;
  • Menegaskan hak kedaulatan Mesir atas perlintasan perbatasan Rafah dengan membukanya untuk bantuan kemanusiaan dan pemindahan orang yang terluka tanpa koordinasi dengan rezim Israel;
  • Mencabut pembatasan keamanan yang diberlakukan terhadap warga negara dan membebaskan tahanan hati nurani, terutama mereka yang ditahan karena ikut serta dalam protes pro-Palestina;
  • Mendukung kampanye yang memboikot perusahaan dan produk yang berafiliasi dengan rezim Israel

Gerakan ini juga menegaskan hak rakyat Mesir dan Arab untuk menggunakan segala cara dan metode berekspresi dalam mendukung rakyat Palestina dan Perlawanan mereka.

Foto saat tank Mesir dikerahkan di dekat penyeberangan Rafah dengan Gaza, pada 31 Oktober 2023 lalu
Foto saat tank Mesir dikerahkan di dekat penyeberangan Rafah dengan Gaza, pada 31 Oktober 2023 lalu (AFP)

Seputar Nasserisme

Mengutip dari Wikipedia, Nasserisme adalah sebuah ideologi politik nasionalis Arab sosialis yang berdasarkan pada pemikiran Gamal Abdel Nasser, salah satu dari dua pemimpin utama Revolusi Mesir 1952, dan Presiden Mesir kedua.

Menyebar secara domestik dan internasional, ideologi tersebut menggabungkan unsur-unsur sosialisme Arab, republikanisme, nasionalisme, anti-imperialisme, solidaritas negara-negara berkembang, dan Gerakan Non-Blok.

Pada 1950an dan 1960an, Nasserisme menjadi salah satu ideologi politik paling menonjol di dunia Arab.

Hal ini benar-benar terjadi setelah Krisis Suez 1956 (dikenal di Mesir sebagai Agresi Tripartit).

Krisis Suez atau lazim disebut sebagai "Perang Sinai" adalah serangan militer Britania Raya, Prancis dan Israel terhadap Mesir yang dimulai pada tanggal 29 Oktober 1956.

Serangan ini dilancarkan karena pada tanggal 26 Juli 1956, Mesir menasionalisasikan Terusan Suez setelah tawaran Britania Raya dan Amerika Serikat untuk mendanai pembangunan Bendungan Aswan dicabut.

Dalam konteks politik, Perang Sinai dipandang sebagai pengesahan Nasserisme, dan kekalahan kekuasaan rezim Barat.

Pada Perang Dingin, pengaruhnya juga terasa di bagian-bagian Afrika lainnya, dan negara-negara berkembang, terutama yang menunjung anti-imperialisme, dan gerakan nonblok.

(oln/almydn/wiki/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas