Prancis Larang Perusahaan Israel Gabung Dalam Pameran Senjata Eurosatory di Paris
Presiden Emmanuel Macron juga mengecam keras serangan udara Israel yang menewaskan 45 warga sipil Palestina, terutama anak-anak dan perempua.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, PARIS – 74 perusahaan teknologi asal Israel dilarang berpartisipasi dalam pameran industri senjata dan pertahanan bergengsi, Eurosatory yang akan digelar di Villepinte Paris pada pekan depan.
Hal ini diungkapkan penyelenggara acara tersebut dan pihak berwenang Prancis, sebagai respon atas tindakan Israel yang terus melakukan serangkaian serangan hingga menewaskan lebih dari 37.000 warga sipil Gaza.
“Berdasarkan keputusan otoritas pemerintah, industri pertahanan Israel tidak akan mendukung pameran Eurosatory 2024,” kata penyelenggara Coges Events dikutip dari Al Jazeera.
Sebelum kebijakan ini dirilis, pekan lalu sekelompok aktivis sempat mengeluarkan peringatan hukum dan mendesak Coges untuk mengambil tindakan guna menghindari pembelian dan penjualan senjata dari pabrik Israel.
Baca juga: Warga Paris Geram, Ribuan Demonstran Geruduk Media Prancis TF1, Protes Siaran Wawancara Netanyahu
Meski cara ini tidak sepenuhnya menghentikan perang di Gaza, namun diharapkan langkah tersebut dapat memukul penjualan perusahaan senjata dari pabrik Israel, dengan begitu PM Netanyahu tidak bisa lagi mendanai pasukan perangnya.
Adapun pengumuman ini dirilis Coges Events selaku penyelenggara pameran Eurosatory hanya beberapa hari setelah Israel mengebom sebuah kamp pengungsi di Rafah di Gaza Selatan hingga memicu kemarahan internasional termasuk warga Prancis.
Bahkan Presiden Emmanuel Macron juga mengecam keras serangan udara Israel yang menewaskan 45 warga sipil Palestina, terutama anak-anak dan perempuan, di perkemahan tersebut.
“Operasi ini harus dihentikan. Tidak ada daerah yang aman di Rafah untuk warga sipil Palestina,” kata Macron di platform X.
Prancis sendiri menjadi salah satu negara di Eropa yang terus menyuarakan dukungan untuk kedaulatan Palestina. Presiden Perancis bahkan menyatakan kesiapannya untuk mengakui negara Palestina, seperti yang dilakukan beberapa negara Eropa lainnya.
Meskipun dia mendukung solusi dua negara, namun Macron tidak ingin pengakuan negara Palestina dilakukan dalam konteks “emosional”.
“Tidak ada hal yang tabu bagi Prancis, dan saya benar-benar siap untuk mengakui negara Palestina,” kata Macron
"Saya pikir pengakuan ini harus dilakukan pada saat yang tepat,” imbuhnya.
Tak hanya itu, Macron juga memerintahkan Israel menghentikan serangan ke Rafah, wilayah Gaza di dekat perbatasan dengan Mesir yang kini menjadi satu-satunya tempat berlindung warga Palestina di sana.
Dia bahkan bersumpah bahwa Perancis juga siap untuk mengupayakan solusi perdamaian, untuk mempercepat negosiasi gencatan senjata.