Dunia Investasi Israel Babak Belur akibat Boikot & Perang Gaza, Investor Ramai-Ramai Tarik Dana
Investor mulai ramai-ramai tarik dana dari Israel setelah perang di Gaza meletus.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Bobby Wiratama
Menurut laporan dari Financial Times, anjloknya produk domestik bruto (PDB) Israel ternyata jauh lebih buruk daripada yang diprediksi oleh pakar.
Pengeluaran pemerintah Israel meningkat hingga 88 persen pada periode tiga bulan setelah perang di Gaza pecah pada bulan Oktober 2023. Adapun pengeluaran nasional turun 27 persen.
Pada awal bulan Februari lalu sebuah perusahaan analisis keuangan asal Amerika Serikat (AS) bernama Moody mengurangi credit rating Israel.
Credit rating atau peringkat kredit adalah penilaian yang menggambarkan kemampuan individu, perusahaan, atau negara dalam memenuhi kewajibannya secara tepat waktu.
Credit rating Israel turun dari A1 menjadi A2 karena adanya kekhawatiran akan meluasnya perang di Gaza.
Perang yang dikobarkan Israel di Gaza juga memicu kampanye boikot besar-besaran yang menargetkan perusahaan Israel dan perusahaan yang mengungkapkan dukunagnnya kepada negara Zionis itu.
Dua jaringan waralaba makanan dan minuman asal AS, Starbucks dan McDonalds, menjadi target utama dalam kampanye boikot itu.
Baca juga: Serangan Roket Hizbullah Picu Kebakaran di Israel Utara, Pemimpin Oposisi Israel Kecam Netanyahu
Sejak perang di Gaza meletus, Starbucks kehilangan miliar dolar dan terpaksa mengurangi perkiraan penjualan tahunannya.
Starbucks sendiri sudah mengakui bahwa penjualannya di Asia Barat telah menurut. Di samping itu, adanya dukungan kepada Palestina juga berdampak terhadap penjualan Starbucks di AS.
Adapun McDonalds mengaku tak bisa mencapai target penjualannya untuk pertama kalinya selama 4 tahun belakangan. Nilai saham McDonalds juga menurun hingga 4 persen karena penjualan turun.
(Tribunnews/Febri)