Banyak Atlet Olimpiade Israel yang Merangkap sebagai Tentara di Gaza, Pengamat: Ini Melanggar IOC
Leyla Hamed menilai dorongan untuk memboikot Israel tersebut memiliki bobot yang lebih karena sejarahnya yang melibatkan prajurit sebagai atlet.
Penulis: Bobby W
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Bolehkah atlet-atlet yang mewakilinya negaranya di Olimpiade secara terang-terangan menunjukkan dukungan dan bahkan ikut serta dalam aktivitas pembantaian sesama manusia?
Itulah pertanyaannya sekarang bagi Israel, yang telah membunuh lebih dari 37.000 warga Palestina dan melukai setidaknya 85.000 lainnya di Gaza sejak Oktober lalu, tanpa membedakan siapa pun – tidak perempuan, tidak anak-anak, tidak orang tua.
Retorika ini kian memanas setelah beberapa tentara yang terlibat dalam pembantaian di Gaza tersebut ternyata memiliki sampingan sebagai atlet yang juga mewakili negaranya dalam ajang Olimpiade 2024 yang digelar di Paris pada 26 Juli mendatang.
Beberapa kutipan dan dukungan terhadap pembantaian warga di Gaza ini ikut menjadi bukti oleh pengacara dari Afrika Selatan yang mengajukan tuduhan dugaan genosida ke Israel di Mahkamah Internasional.
Selama berbulan-bulan ini, Israel telah menghadapi berbagai jenis boikot.
Israel dikenai boikot mulai dari sektor ekonomi hingga akademisi dan lebih jauh lagi.
Terbaru, kini makin banyak suara-suara yang semakin lantang menyerukan hukuman boikot bagi Israel terutama di bidang olahraga.
Boikot itu terutama ditujukan pada Olimpiade Paris 2024 yang bakal digelar beberapa minggu lagi.
Banyak yang menuntut pengusiran Israel dari acara olahraga terbesar dunia.
Sementara itu gerakan boikot atlet Israel di Olimpiade juga semakin nyaring melalui kampanye "#BanIsrael" di media sosial.
Banyak warganet dunia yang meminta Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk melarang Israel tampil di Paris sampai Israel menghentikan kejahatannya terhadap Palestina dan mengakui hak-hak yang ditentukan oleh PBB.
Baca juga: Qassam Umumkan 2 Sandera Israel Tewas Dibom IDF di Rafah: Netanyahu Ingin Para Tahanan di Peti Mati
Menanggapi hal tersebut, jurnalis olahraga Leyla Hamed menilai dorongan untuk memboikot Israel tersebut memiliki bobot yang lebih karena sejarahnya yang melibatkan prajurit sebagai atlet.
Dikutip Tribunnews dari Anadolu Ajansi, Hamed bersama dengan rekan-rekannya, telah secara khusus melakukan penelitian tentang masalah prajurit Israel yang terlibat dalam olahraga.
Sejak Israel melancarkan perangnya di Gaza, ia telah melacak aktivitas media sosial dari atlet-atlet Israel.