Hasil Citra Satelit, AS Tuduh Iran Perluas Produksi Rudal yang Dipasok ke Hizbullah Lebanon
Berdasarkan hasil citra satelit, AS menuduh Iran memperluas produksi rudal yang dipasok ke Hizbullah Lebanon dan Houthi Yaman.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
"Drone dan komponen rudal akan dijual ke Rusia, dan Houthi akan diberikan drone dan Hizbullah dengan rudal," klaim pejabat itu.
Reuters tidak dapat secara independen mengkonfirmasi pernyataan pejabat Iran.
Duta Besar Iran untuk PBB dan kantor media Hizbullah tidak menanggapi permintaan komentar Reuters mengenai perluasan kedua fasilitas tersebut.
Sebelumnya, Iran membantah memasok drone dan rudal ke Rusia dan Houthi.
Juru bicara Houthi, Mohammed Abdel Salam, mengatakan peningkatan produksi senjata Iran tidak akan berdampak apa pun dengan kelompok perlawanan di Yaman karena Houthi memproduksi dan mengembangkan pesawat secara mandiri.
Hubungan Israel, AS, Hizbullah, Iran
Israel dan sekutunya, AS, meyakini Iran mendukung dan mendanai kelompok perlawanan seperti Hizbullah Lebanon, Perlawanan Islam Irak, dan kelompok lainnya di Suriah untuk melawan Israel dan pengaruh AS di kawasan itu, selain mempertahankan kepentingan Iran.
Hizbullah saat ini sedang menghadapi pertempuran melawan Israel di perbatasan Lebanon, sementara itu juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, mengatakan Iran akan membela Lebanon jika Israel meluncurkan perang di sana, seperti diberitakan Mehr.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah menyatakan bergabung dengan perlawanan membela rakyat Palestina yang menghadapi agresi Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Hizbullah menyerang sasaran militer Israel di perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, dari wilayah Lebanon selatan yang merupakan basis militer Hizbullah.
Hizbullah berjanji akan berhenti menyerang perbatasan jika Israel menghentikan serangan militernya di Jalur Gaza.
Jumlah Korban
Saat Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 38.011 jiwa dan 87.266 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (4/7/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 21.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporanYedioth Ahronoth pada awal Juli 2024.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel