Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

IDF Beri Sinyal Mundur dari Koridor Philadelphia, Mesir-Israel Siapkan Ribuan Kamera di Perbatasan?

Penarikan tentara IDF dari poros Philadelphia sedang dipelajari meskipun ada penolakan dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in IDF Beri Sinyal Mundur dari Koridor Philadelphia, Mesir-Israel Siapkan Ribuan Kamera di Perbatasan?
anadolu
Tank Israel melaju di perbatasan Mesir-Gaza di Koridor Philadelphia. IDF mengambil alih kendali perbatasan, sebuah pelanggaran atas perjanjian damai dengan Mesir. Namun sejauh ini, Mesir hanya bisa berteriak menggertak tanpa aksi nyata ke Israel. 

IDF Beri Sinyal Mundur dari Koridor Philadelphia, Mesir-Israel Rapat Pengadaan Ribuan Kamera di Perbatasan

TRIBUNNEWS.COM - Surat kabar Israel, Maariv, Jumat (12/7/2024), mengabarkan kalau pihak Tentara Israel (IDF) tengah mempertimbangkan penarikan diri dari poros Philadelphia di sepanjang perbatasan Mesir-Gaza.

Laporan tersebut mengutip sumber dari tim perunding Israel dalam putaran terbaru negosiasi pertukaran sandera dengan Hamas demi gencatan senjata di Gaza.

Baca juga: Terowongan Bertingkat Hamas Ditemukan di Perbatasan Mesir, Labirin yang Mengejutkan Tentara Israel

"Penarikan tentara (IDF) dari poros Philadelphia sedang dipelajari meskipun ada penolakan dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu," tulis laporan tersebut dikutip Khaberni.

MAU DIKUASAI ISRAEL - Posisi Koridor Philadelphia (alias Poros Salah Al-Din) di Jalur Gaza di sepanjang perbatasan dengan Mesir. Wilayah ini mau dikuasai Israel dengan dalih untuk sepenuhnya mengontrol pergerakan Hamas di Jalur Gaza.
MAU DIKUASAI ISRAEL - Posisi Koridor Philadelphia (alias Poros Salah Al-Din) di Jalur Gaza di sepanjang perbatasan dengan Mesir. Wilayah ini mau dikuasai Israel dengan dalih untuk sepenuhnya mengontrol pergerakan Hamas di Jalur Gaza. (jcpa)

Israel-Mesir Rapat Soal Sistem Pemantauan Elektronik




Kabar lain terkait situasi Koridor Philadelphia, laporan Khaberni -mengutip dua sumber Mesir dan sumber informasi ketiga- mengatakan kalau perunding Israel dan Mesir sedang mengadakan pembicaraan tentang sistem pemantauan elektronik di perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir.

Terindikasi, sistem ini mencakup pengadaan ribuan kamera pengawas di sepanjang garis perbatasan yang memisahkan antara teritorial Mesir dan Gaza yang saat ini diduduki Israel.

Hal lain adalah, sistem pembatas bawah tanah yang memblokade kemungkinan munculnya terowongan-terowongan baru lintas perbatasan.

Adanya sistem pengawasan elektronik ini, dinilai sebagai langkah lanjutan yang memungkinkan pasukan pendudukan Israel ditarik dari wilayah tersebut jika gencatan senjata disepakati.

Baca juga: Israel Sebar Selebaran Perintahkan Warga Mengungsi Lagi, Hamas: Jebakan, Koridor Aman Ternyata Maut

BERITA TERKAIT

Sebagai informasi, masih tersisanya pasukan pendudukan Israel di perbatasan Mesir-Gaza menjadi salah satu persoalan yang menghambat tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel.

 Mei lalu, tentara pendudukan Israel mengumumkan bahwa mereka menguasai sisi Palestina di persimpangan Rafah antara Jalur Gaza dan Mesir.

Saat itu, IDF menyatakan, mengontrol area tersebut dan sedang menggeledah daerah tersebut.

Tentara Israel dikerahkan di samping pengangkut personel lapis baja mereka saat mereka menunggu perintah untuk mundur pada 11 September 2005 dari reruntuhan pos terdepan Aluf di Koridor Philadelphia di perbatasan Mesir di Jalur Gaza selatan.
Tentara Israel dikerahkan di samping pengangkut personel lapis baja mereka saat mereka menunggu perintah untuk mundur pada 11 September 2005 dari reruntuhan pos terdepan Aluf di Koridor Philadelphia di perbatasan Mesir di Jalur Gaza selatan. (DAVID SILVERMAN / POOL / AFP)

Langkah Bunuh Diri

Dalam komentarnya atas pernyataan Israel tentang kendali operasional atas poros Philadelphia, pakar militer dan strategis Yordania, Nidal Abu Zaid, mengatakan bahwa istilah kendali operasional tidak berarti Israel mampu mengendalikan poros tersebut dan menstabilkannya.

"Karena (istilah) kendali operasional berarti bahwa pasukan pendudukan menduduki poros Philadelphia dengan mengandalkan kekuatan militer dan bukan dengan otoritas (pengakuan),"

Hal ini (penguasaan wilayah secara militer) bukan hal baru, menurut Abu Zaid, karena tentara IDF, sejak hari pertama agresi militer di Gaza, juga telah menguasai seluruh Jalur Gaza dengan serangan udara dan tembakan artileri.

"Oleh karena itu, tampaknya pasukan pendudukan mengeluarkan pernyataan ini karena ingin mencapai prestasi apa pun, meskipun itu fiktif," kata dia dilansir Khaberni, Kamis (30/5/2024).

Abu Zaid menambahkan, bahkan jika pasukan pendudukan Israel menembus sepanjang poros Philadelphia, mereka harus memperhitungkan bahwa panjang poros tersebut adalah 14 kilometer.

"Dan ini, menurut kebiasaan militer, mewajibkan adanya jalur suplai untuk pasukan ditempatkan," kata dia.

Hal itu akan menghasilkan kerentanan tersendiri bagi IDF di mana jalur suplai logistik serta lokasi penimbunannya akan mudah diserang oleh milisi perlawanan yang berujung pada timbulnya kerugian besar di sisi Israel.

Hal lain yang paling penting, menurut Abu Zaid, adalah panjangnya dan sempitnya poros Philadelphia membuat pasukan yang berada di sana mudah dan rentan terhadap sasaran apa pun.

"Ini berarti bahwa mereka mungkin akan menyerang Penyeberangan Rafah untuk memisahkan pasukan yang terletak di utara Poros Philadelphia dari selatan," katanya.

Secara umum, kesimpulan dari analisis Abu Zaid adalah, penguasaan koridor Philadelphia menjadi langkah bunuh diri pasukan IDF dengan risiko kerugian yang sangat mahal untuk ditanggung Israel.

Potret anak-anak kelaparan di Gaza
Potret anak-anak kelaparan di Gaza (X/UNRWA)

Gunakan Strategi Kelaparan

Di sisi lain, penguasaan penuh Koridor Philadelphia juga akan menambah kesengsaraan warga Jalur Gaza.

Anadolu dalam ulasannya menyebut, penguasaan penuh koridor tersebut bisa menimbulkan bencana bagi masyarakat yang tinggal di Jalur Gaza yang dilanda perang karena Israel akan mengontrol masuknya bantuan dan pasokan medis ke wilayah pesisir tersebut.

Puluhan orang meninggal karena kelaparan dan dehidrasi dalam beberapa bulan terakhir.

Menyusul kemenangan Hamas dalam pemilihan parlemen pada tahun 2006, Israel memulai blokade yang mencekik terhadap Gaza, yang mana empat dari enam titik persimpangan dengan Gaza ditutup.

Tentara Israel hanya membuka sebagian Penyeberangan Erez untuk pergerakan individu dan Penyeberangan komersial Karm Abu Salem untuk masuknya barang ke Gaza.

Dalam 18 tahun terakhir, Israel menguasai semua barang yang masuk ke Gaza, dan menempatkan daftar panjang barang-barang yang tidak diizinkan masuk ke Gaza, mengklaim bahwa barang-barang tersebut memiliki kegunaan ganda yang dapat digunakan untuk keperluan militer.

Kantor media pemerintah Gaza mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tentara Israel memberlakukan kebijakan dan strategi kelaparan terhadap 2,4 juta warga Palestina di Gaza.

Masyarakat di Gaza yang kehilangan sumber pendapatannya membutuhkan sekitar 7 juta makanan sehari.

Pada tanggal 7 Mei, pendudukan tentara Israel di perbatasan Rafah dengan Mesir menghalangi pasien Palestina untuk melakukan perjalanan untuk mencari perawatan medis.

Hal ini juga menghalangi masuknya truk bantuan kemanusiaan ke Gaza

Mesir terus mendukung perjuangan Palestina dan menolak berkoordinasi dengan Israel mengenai masalah perbatasan.

Pada tanggal 24 Mei, Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi dan Presiden Amerika, Joe Biden, setuju untuk sementara waktu mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui Penyeberangan Karm Abu Salem Israel.

Namun, berdasarkan perjanjian ini, hanya sejumlah kecil truk bantuan yang memasuki Gaza di tengah pengetatan pembatasan yang dilakukan Israel.

Baca juga: Insiden Lagi, Giliran 4 Kapal Angkatan Laut AS Rusak: Dermaga Terapung Gaza Jadi Pangkalan Militer?

(oln/khbrn/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas