Profil Presiden Israel Isaac Herzog yang Ditemui 5 Aktivis NU hingga Menuai Kecaman
Lima aktivis Nahdlatul Ulama (NU) menuai kecaman di dalam negeri setelah bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog.
Penulis: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lima aktivis Nahdlatul Ulama (NU) menuai kecaman di dalam negeri setelah bertemu dengan Presiden Israel, Isaac Herzog.
Foto lima Nahdliyin bertemu dengan Herzog beredar di media sosial dan menuai kecaman.
Mereka adalah Zainul Maarif, Munawir Aziz, Nurul Bahrul Ulum, Syukron Makmun dan Izza Annafisah Dania.
Ketua PBNU Ulil Abshar Abdalla di X (twitter) menganggap pertemuan aktivis NU di tengah agresi Israel ke Palestina itu sebagai sebuah tindakan yang tidak dapat diterima.
Sekretaris Jenderal PBNU, Saifullah Yusuf, mengatakan PBNU bakal memanggil kelima aktivis NU tersebut untuk dimintai keterangannya terkait pertemuan tersebut.
"Yang bersangkutan akan dipanggil untuk dimintai keterangan dan penjelasan lebih dalam tentang maksud tujuannya, latar belakang, dan siapa yang memberangkatkan serta hal-hal prinsip lainnya," tuturnya pada Senin (15/7/2024) dikutip dari Kompas.com.
Lalu siapa sebenarnya Presiden Isaac Herzog?
Benarkah dia lawan politik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu saat ini?
Profil Singkat Isaac Herzog
Memiliki silsilah politik yang kuat, Isaac Herzog dilantik jadi Presiden Palestina pada 2021 lalu.
Dia adalah politisi kelahiran Tel Aviv, keturunan salah satu keluarga paling bergengsi di Israel, yang terkadang disebut sebagai Kennedy-nya Israel.
Isaac Herzog lahir di Tel Aviv pada 22 September 1960.
Dia dikenal politisi yang berbicara lembut dan kakeknya pernah menjadi kapala rabi atau imam Yahudi Palestina.
Baca juga: 5 Fakta Sejumlah Tokoh Muda Nahdlatul Ulama Bertemu Presiden Israel, Zainul Maarif Buka Suara
Herzog pertama kali terpilih menjadi anggota Knesset pada tahun 2003.
Sebelum memasuki Knesset, ia menjabat sebagai sekretaris kabinet di bawah Perdana Menteri Partai Buruh Ehud Barak, kemudian mulai tahun 2005 memegang portofolio termasuk perumahan, pariwisata, dan kesejahteraan.
Pada tahun 2015, Herzog berupaya untuk menyingkirkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dengan menampilkan dirinya sebagai alternatif yang bersahaja dan tenang terhadap “Bibi” yang bombastis.
Dan secara kebetulan, ia terpilih sebagai presiden bertahun-tahun kemudian pada hari ketika koalisi pesaing ideologis bersatu dalam upaya untuk menyingkirkan perdana menteri veteran itu dari kekuasaan.
“Saya akan menjadi presiden bagi semua orang,” katanya setelah kemenangannya, sambil berlinang air mata saat mengucapkan terima kasih kepada istrinya, Michal.
Ayah Herzog yang lahir di Irlandia, Chaim Herzog, menjabat sebagai kepala Intelijen Militer kemudian menjadi duta besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan akhirnya menjadi presiden keenam negara itu, dari tahun 1983 hingga 1993.
Pamannya Abba Eban adalah seorang diplomat dan negarawan Israel terkenal yang menjabat sebagai utusan untuk Washington dan PBB sebelum menjadi menteri luar negeri Israel selama periode yang mencakup Perang Enam Hari 1967.
Kakek dan senama Herzog — Rabbi Yitzhak (Isaac) HaLevi Herzog — adalah kepala rabi Ashkenazi pertama di Israel.
Herzog menghabiskan beberapa tahun di sekolah di New York selama ayahnya bertugas di luar negeri sebelum kembali ke Israel, bertugas sebagai perwira intelijen angkatan darat dan akhirnya belajar hukum di Universitas Tel Aviv.
Setelah mengambil alih pimpinan Partai Buruh, Herzog, yang mendukung solusi dua negara, berupaya mengarahkan fokusnya kembali ke perdamaian dengan Palestina.
Hanya 10 hari setelah menjabat, ia bertemu dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas di kota Ramallah, Tepi Barat.