Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menlu Turki Klaim Israel Punya Segudang Alasan Gagalkan Negosiasi Gencatan Senjata dengan Hamas

Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki, Hakan Fidan menyebut kalau Israel punya segudang alasan untuk menggagalkan negosiasi gencatan senjata dengan Hamas.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Menlu Turki Klaim Israel Punya Segudang Alasan Gagalkan Negosiasi Gencatan Senjata dengan Hamas
X
Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki, Hakan Fidan menyebut kalau Israel punya segudang alasan untuk menggagalkan negosiasi gencatan senjata dengan Hamas. 

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki, Hakan Fidan, menyebut Israel punya segudang alasan untuk menggagalkan negosiasi gencatan senjata dengan Hamas.

"Israel menciptakan kebuntuan dalam negosiasi dengan Hamas terkait gencatan senjata di Gaza dengan terus-menerus mengajukan syarat-syarat baru," kata Fidan pada Minggu (14/7/2024).

Ia menyerukan agar masyarakat internasional memberikan tekanan kepada Israel mengenai hal ini.

"Israel melihat penerimaan Hamas terhadap syarat-syarat kesepakatan gencatan senjata sebagai kelemahan dan penyerahan diri," lanjut Fidan, dikutip dari Middle East Eye.

Pejabat itu menegaskan pandangan seperti itu sebagai pemahaman yang sangat berbahaya.

Komentar-komentar Fidan disampaikan selama konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Faisal bin Farhan Al-Saud, yang diadakan di Istanbul.

Belum lama ini, seorang pejabat senior Hamas mengatakan kelompoknya telah menarik diri dari pembicaraan mengenai gencatan senjata dalam perang Gaza karena pembantaian Israel dan sikap mereka dalam negosiasi.

BERITA REKOMENDASI

Pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, mengatakan kepada mediator internasional Qatar dan Mesir tentang berakhirnya pembicaraan mengenai rencana gencatan senjata yang pertama kali digariskan oleh Presiden A,S Joe Biden, pada bulan Mei, CNN melaporkan.

Fase pertama dari kesepakatan tersebut akan mencakup gencatan senjata selama enam minggu dengan pertukaran sebagian besar sandera yang diambil dalam serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel dengan tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.

Kepada AFP, Haniyeh mengatakan Hamas akan "menghentikan perundingan karena kurangnya keseriusan pendudukan (Israel), kebijakan penundaan dan hambatan yang terus berlanjut, dan pembantaian yang sedang berlangsung terhadap warga sipil tak bersenjata."

"Hamas telah menunjukkan fleksibilitas yang besar untuk mencapai kesepakatan dan mengakhiri agresi serta siap melanjutkan perundingan ketika pemerintah pendudukan menunjukkan keseriusan dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan," ungkapnya.

Baca juga: Sosok Komandan Militer Hamas di Gaza Mohammed Deif, Orang Paling Dicari Israel 

Serangan terhadap Mohammed Deif

Israel mengatakan, Mohammad Deif yang dianggap sebagai salah satu "dalang" serangan 7 Oktober, menjadi sasaran serangan di Kamp Al-Mawasi di Gaza selatan, tempat puluhan ribu pengungsi Palestina dari distrik lain berkumpul.


Namun Hamas, tanpa mengonfirmasi Deif berada di kamp tersebut, mengatakan Deif masih hidup dan tetap beraktivitas.

"Komandan Mohammed Deif berada dalam kondisi baik dan mengawasi Brigade Ezzedine al-Qassam dan operasi perlawanan secara langsung," kata pejabat Hamas, VOA melaporkan.

Lalu, siapa Mohammed Deif?

Lahir pada 1965 di kamp pengungsi Khan Yunis, yang didirikan setelah Perang Arab-Israel 1948, Mohammad Masri dikenal sebagai Mohammed Deif bergabung dengan Hamas selama Intifada pertama, atau pemberontakan Palestina, pada tahun 1987.

Deif meraih gelar sarjana sains dari Universitas Islam di Gaza, tempat ia belajar fisika, kimia, dan biologi.

Ia mengepalai komite hiburan universitas dan sering tampil di panggung.

Pada 1989, saat puncak Intifada Palestina pertama, Deif ditangkap oleh Israel dan dibebaskan setelah 16 bulan ditahan.

Deif menjadi kepala Brigade Qassam pada 2002, setelah Israel membunuh pendahulunya dan pemimpin pendirinya, Salah Shehadeh.

Baca juga: Rudal Hizbullah Hancurkan Perangkat Intai Israel, Kumpulan Pasukan IDF Juga Jadi Sasaran

Beberapa upaya pembunuhan terhadapnya dimulai setelah ia menggantikan Shehadeh.

Deif dan beberapa orang mengatakan hal ini terjadi karena komandan militer Hamas selalu berpindah-pindah dengan para pemburu Israel yang memburunya.

Menurut laporan, Deif kehilangan satu mata dan mengalami cedera serius di salah satu kakinya dalam salah satu upaya pembunuhan Israel.

Kelangsungan hidupnya saat menjalankan sayap bersenjata Hamas menjadikannya "pahlawan rakyat" di kalangan warga Palestina.

Naik pangkat di Hamas selama lebih dari 30 tahun, Deif diyakini telah mengembangkan jaringan terowongan dan keahlian pembuatan bom kelompok tersebut.

Mohammed Deif merupakan salah satu orang paling dicari oleh Israel.

lihat fotoPemimpin lama Brigade Qassam merupakan salah satu orang yang paling dicari Israel dan telah menjadi sasaran serangan udara beberapa kali.
Pemimpin lama Brigade Qassam merupakan salah satu orang yang paling dicari Israel dan telah menjadi sasaran serangan udara beberapa kali.

Namanya muncul setelah lolos dari upaya pembunuhan Israel dan kini dalam kondisi baik-baik saja, kata seorang pejabat senior kelompok Palestina tersebut.

Pejabat Hamas mengeluarkan pernyataan tersebut pada Minggu (14/7/2024), menyusul laporan Deif jadi sasaran serangan udara besar-besaran Israel di wilayah selatan yang terkepung.

Eskalasi tersebut bahkan menewaskan sedikitnya 90 orang dan melukai 300 lainnya.

"Panglima Mohammed Deif dalam keadaan sehat dan secara langsung mengawasi operasi sayap militer Hamas," kata pejabat tersebut kepada kantor berita AFP.

Israel mengakui, pengeboman pada Sabtu (13/7/2024) di kamp al-Mawasi, zona kemanusiaan di Gaza, ditujukan untuk membunuh Deif, yang telah lama berada di puncak daftar orang paling dicari Israel.

Menanggapi klaim Hamas, Kepala Staf Umum Israel, Herzi Halevi, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Minggu (14/7/2024) , Hamas "menyembunyikan hasil" serangan udaranya di kompleks tempat Deif diduga bersembunyi.

"Masih terlalu dini untuk menyimpulkan hasil serangan, yang coba disembunyikan Hamas," kata Halevi.

Deif adalah salah satu pendiri sayap militer Hamas, Brigade Qassam, pada 1990-an.

Ia telah memimpin pasukan tersebut selama lebih dari 20 tahun.

Deif juga disebut-sebut sebagai tokoh kunci yang merencanakan bom bunuh diri yang menyebabkan tewasnya puluhan warga Israel.

Israel mengidentifikasi dia dan pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, sebagai arsitek utama serangan 7 Oktober yang menewaskan sedikitnya 1.139 orang di Israel selatan dan memicu perang di Gaza.

Pada 7 Oktober pagi, Hamas telah mengeluarkan rekaman suara langka Deif yang mengumumkan operasi "Banjir Al-Aqsa" , yang mengisyaratkan serangan itu merupakan balasan atas serangan Israel di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, tempat tersuci ketiga umat Islam.

Deif yang berusia 58 tahun, jarang berbicara atau tampil di depan umum.

Jadi ketika saluran TV Hamas mengumumkan bahwa ia akan berbicara pada tanggal 7 Oktober, warga Palestina di Gaza tahu sesuatu yang penting sedang terjadi.

Berbicara dengan suara tenang dalam rekaman itu, Deif mengatakan Hamas telah berulang kali memperingatkan Israel agar menghentikan kejahatannya terhadap warga Palestina, membebaskan para tahanan, dan menghentikan perampasan tanah Palestina.

"Hari ini kemarahan Al-Aqsa, kemarahan rakyat dan negara kita sedang meledak,"

"Para mujahidin kita, hari ini adalah hari kalian untuk membuat penjahat ini mengerti bahwa waktunya telah berakhir," kata Deif.

Pada Agustus 2014, istri Deif dan putra berusia tujuh bulan tewas dalam serangan udara Israel yang menargetkan sebuah rumah di Gaza tempat keluarga tersebut tinggal.

Pada Mei, jaksa Pengadilan Kriminal Internasional mengatakan bahwa ia telah meminta surat perintah penangkapan untuk Deif, Sinwar, dan tokoh Hamas lainnya atas serangan di tanggal 7 Oktober.

Surat perintah juga dikeluarkan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas tanggapan Israel yang sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 38.584 orang dalam apa yang digambarkan oleh kelompok hak asasi manusia sebagai genosida yang sedang berlangsung.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas