Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

5 Fakta Kerusuhan di Bangladesh, Protes soal Kuota PNS hingga Jumlah Korban Tewas

Inilah lima fakta kerusuhan yang terjadi di Bangladesh akibat kuota PNS yang telah ditetapkan oleh pemerintahan PM Sheikh Hasina.

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Sri Juliati
zoom-in 5 Fakta Kerusuhan di Bangladesh, Protes soal Kuota PNS hingga Jumlah Korban Tewas
AFP/MUNIR UZ ZAMAN
Personel polisi Bangladesh menembakkan peluru air mata saat para mahasiswa memprotes kuota pekerjaan pemerintah di Universitas Dhaka di ibu kota pada 17 Juli 2024. - Para mahasiswa Bangladesh pada 17 Juli, berduka atas teman-teman sekelasnya yang terbunuh dalam protes terhadap aturan perekrutan pegawai negeri, sehari setelah pemerintah memerintahkan penutupan sekolah tanpa batas waktu di seluruh negeri untuk memulihkan ketertiban. (Photo by Munir UZ ZAMAN / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Kerusuhan tengah terjadi di Bangladesh akibat demonstrasi mahasiswa yang menentang sistem kuota Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Selama sepekan terakhir, Bangladesh dilanda kekerasan setelah bentrokan yang tiada akhir antara mahasiswa, polisi, dan aktivis mahasiswa pro pemerintah.

Penyelenggara protes mengatakan mereka memberlakukan "penutupan total" di seluruh Bangladesh pada Kamis (18/7/2024), kecuali untuk layanan penting.

Hal ini terjadi setelah beberapa universitas besar di Bangladesh setuju untuk menutup pintu mereka tanpa batas waktu hingga ketegangan mereda.

Berikut lima fakta kerusuhan di Bangladesh, dikutip Tribunnews.com dari AP News:

Tuntutan Mahasiswa

Demonstrasi mahasiswa ini terjadi karena adanya sistem kuota yang menyediakan hingga 30 persen pekerjaan pemerintah untuk anggota keluarga veteran yang berperang dalam perang kemerdekaan Bangladesh.

Para pengunjuk rasa ingin menghapus sistem ini, yang menurut mereka diskriminatif dan menguntungkan para pendukung partai Liga Awami Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina.

Berita Rekomendasi

Perlu diketahui, Sheikh Hasina merupakan sosok yang memimpin gerakan kemerdekaan Bangladesh pada tahun 1971 melawan Pakistan.

Para mahasiswa menginginkan sistem ini diganti dengan sistem yang didasarkan pada prestasi.

Meskipun kesempatan kerja telah meningkat di beberapa sektor swasta, banyak orang lebih memilih menjadi PNS karena dianggap lebih stabil dan menguntungkan.

Baca juga: Bangladesh Rusuh, 32 Orang Tewas, Demonstran Bakar Stasiun TV

Namun, jumlah tersebut tidak cukup untuk semua orang — setiap tahun, sekitar 400.000 lulusan bersaing untuk mendapatkan sekitar 3.000 pekerjaan dalam ujian pegawai negeri.

Di bawah sistem kuota, pekerjaan pemerintahan juga diperuntukkan bagi perempuan, penyandang disabilitas, dan anggota etnis minoritas, tetapi para mahasiswa terutama memprotes pekerjaan yang diperuntukkan bagi keluarga veteran.

PM Bangladesh Tuduh Partai Oposisi

Hasina telah membela sistem kuota tersebut, dengan mengatakan bahwa para veteran berhak mendapatkan penghormatan tertinggi atas kontribusi mereka dalam perang terlepas dari afiliasi politik mereka.

Pemerintahnya juga menuduh partai-partai oposisi utama, Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) dan partai sayap kanan Jamaat-e-Islami, sebagai pemicu kekacauan.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas