5 Fakta Kerusuhan di Bangladesh, Protes soal Kuota PNS hingga Jumlah Korban Tewas
Inilah lima fakta kerusuhan yang terjadi di Bangladesh akibat kuota PNS yang telah ditetapkan oleh pemerintahan PM Sheikh Hasina.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Sri Juliati
Namun, Pengadilan Tinggi membatalkan keputusan itu bulan lalu dan memberlakukan kembali kuota tersebut setelah keluarga para veteran tahun 1971 mengajukan petisi.
Mahkamah Agung menangguhkan keputusan itu dan berjanji akan memutuskan masalah tersebut pada tanggal 7 Agustus. Meskipun demikian, protes terus berlanjut.
"Saya meminta semua pihak untuk menunggu dengan sabar hingga putusan dijatuhkan," kata Hasina dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu malam.
"Saya yakin mahasiswa kami akan mendapatkan keadilan dari pengadilan tertinggi. Mereka tidak akan kecewa," lanjutnya.
Lapangan Kerja jadi Sorotan
Kemarahan itu juga menyoroti keretakan dalam pemerintahan dan ekonomi Bangladesh menyusul pandemi dan pergolakan global akibat perang di Ukraina dan Gaza.
Selain itu, kurangnya pekerjaan berkualitas baik yang tersedia bagi lulusan muda juga jadi sorotan.
"Alasan di balik partisipasi yang begitu besar adalah bahwa banyak siswa mengalami pengalaman pahit karena tidak mendapatkan pekerjaan yang layak setelah menyelesaikan pendidikan mereka," tulis Anu Muhammad, mantan profesor ekonomi dan analis.
"Selain itu, korupsi yang merajalela dan penyimpangan dalam ujian rekrutmen pekerjaan pemerintah dan proses seleksi telah menciptakan frustrasi dan kemarahan yang luar biasa," lanjutnya.
"Perekonomian negara menunjukkan pertumbuhan, tetapi lapangan kerja tidak tercipta," pungkasnya.
Hasnat Abdullah, seorang koordinator protes, mengatakan para mahasiswa ingin kembali ke kelas tetapi akan melakukannya setelah tuntutan mereka dipenuhi.
Pada Kamis sore, Menteri Hukum Bangladesh Anisul Huq mengatakan bahwa Perdana Menteri Sheikh Hasina memintanya untuk duduk bersama para pengunjuk rasa untuk berdialog, dan ia siap untuk duduk pada hari Kamis jika para pengunjuk rasa bersedia.
Mahasiswa Bakar Stasiun TV
Sebanyak 32 orang dilaporkan tewas, sementara stasiun TV di Bangladesh menjadi sasaran amukan pengunjuk rasa pada Kamis (18/7/2024).
Polisi anti huru hara yang telah menembaki para mahasiswa dengan peluru karet merasa kewalahan, dan akhirnya mundur ke kantor pusat BTV di Ibu Kota Dhaka.
Massa yang marah kemudian membakar gedung lembaga penyiaran tersebut serta puluhan kendaraan yang diparkir di luar.