Bakal Persulit Negosiasi, Israel Berupaya Ubah Rencana Gencatan Senjata di Gaza
Israel akan mempersulit kesepakatan akhir untuk menghentikan pertempuran selama sembilan bulan.
Penulis: Nuryanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Israel berupaya mengubah rencana gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera oleh Hamas.
Hal itu diungkapkan oleh seorang pejabat Barat dan seorang Palestina, serta dua sumber Mesir.
Upaya itu akan mempersulit kesepakatan akhir untuk menghentikan pertempuran selama sembilan bulan yang telah menghancurkan daerah kantong itu.
Israel mengatakan, warga Palestina yang mengungsi harus disaring saat mereka kembali ke wilayah utara daerah kantong itu saat gencatan senjata dimulai.
Pernyataan Israel ini bertentangan dengan kesepakatan untuk mengizinkan warga sipil yang melarikan diri ke selatan untuk kembali ke rumah dengan bebas, kata sumber itu kepada Reuters.
"Negosiator Israel menginginkan mekanisme pemeriksaan bagi penduduk sipil yang kembali ke wilayah utara Gaza, di mana mereka khawatir penduduk ini dapat mendukung pejuang Hamas yang masih bertahan di sana," kata pejabat Barat itu, Kamis (25/7/2024), dilansir Arab News.
Sementara itu, kelompok militan Palestina menolak tuntutan baru Israel, menurut sumber Palestina dan Mesir.
Hal lain yang menjadi perdebatan, kata sumber Mesir, adalah tuntutan Israel untuk mempertahankan kendali atas perbatasan Gaza dengan Mesir, yang ditolak Kairo karena dianggap berada di luar kerangka kesepakatan akhir yang diterima oleh musuh.
Kata Gedung Putih
Para pejabat Gedung Putih mengatakan, Israel dan Hamas "lebih dekat sekarang daripada sebelumnya" untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Pada hari Kamis, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu Presiden AS Joe Biden untuk membahas diakhirinya konflik di Gaza.
Baca juga: Nasib Sial Hotel Tempat Netanyahu Menginap: Diteror Belatung hingga Direcoki Demonstran Pro-Gaza
Pembicaraan di Gedung Putih itu terjadi di tengah kekacauan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya di AS dan tekanan domestik terhadap perdana menteri Israel untuk menyelamatkan puluhan sandera yang masih ditawan setelah serangan Hamas pada 7 Oktober.
Netanyahu juga bertemu dengan Wakil Presiden AS, Kamala Harris, yang kemungkinan akan menggantikan Biden sebagai kandidat Demokrat untuk Pilpres AS 2024.
"Kita punya banyak hal untuk dibicarakan," kata Biden saat menyambut Netanyahu di Ruang Oval, dikutip dari The Guardian.
"Dari seorang Zionis Yahudi yang bangga menjadi seorang Zionis Irlandia-Amerika yang bangga, saya ingin mengucapkan terima kasih atas 50 tahun pelayanan publik dan 50 tahun dukungan bagi negara Israel," kata Netanyahu kepada Biden di awal pertemuan mereka.