Perang Rusia-Ukraina Hari ke-885: Zelensky Puji Pasukannya usai Serang Pangkalan Udara Saky
Pasukan Rudal Ukraina menyerang lapangan udara militer Rusia di Krimea yang digunakan Moskow untuk melancarkan serangan jarak jauh, Jumat (26/7/2024).
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Suci BangunDS
Jaksa mengatakan, perwira intelijen Ukraina menawarkan kepada orang-orang itu $ 2.000 untuk melakukan serangan menggunakan pesawat tak berawak, kantor berita milik pemerintah RIA Novosti melaporkan.
* Dua orang lainnya dihukum dalam kasus terpisah karena mencoba bergabung dengan Freedom of Russia Legion, sebuah unit pejuang pro-Kyiv yang mencakup warga negara Rusia dan telah melakukan serangan bersenjata ke wilayah Rusia di seluruh perbatasan selama perang.
Sebuah pengadilan militer di kota selatan Rostov-on-Don menjatuhkan hukuman 11 tahun kepada Ivan Kovtunovsky, 23 tahun karena berencana melakukan pengkhianatan dan bergabung dengan "organisasi teroris".
Baca juga: Istri Prajurit Tuduh Rusia Mencuri dan Menjual Organ Tubuh Tahanan Ukraina yang Telah Meninggal
Di Moskow, pengadilan militer menjatuhkan hukuman 10 tahun kepada seorang pria lain, Vyacheslav Lutor, 34 tahun karena mencoba bergabung dengan unit yang sama, kantor berita Interfax melaporkan, mengutip dinas keamanan FSB Rusia.
Dikatakan bahwa Lutor ditahan setelah membeli tiket pesawat ke Turki dalam upaya untuk melakukan perjalanan ke Ukraina dan telah mengambil foto "fasilitas industri" di St Petersburg yang dapat menjadi target "untuk serangan pesawat tak berawak Ukraina di masa mendatang".
* Pengadilan Ukraina telah menahan seorang pria berusia 18 tahun dalam tahanan atas pembunuhan seorang mantan anggota parlemen nasionalis , media pemerintah melaporkan. Iryna Farion, seorang juru kampanye garis keras yang memecah belah terhadap penggunaan bahasa Rusia, ditembak di dekat flatnya di kota Lviv, Ukraina barat pada 19 Juli.
* Seorang pria Jerman yang dijatuhi hukuman mati di Belarus muncul di televisi pemerintah di negara itu, menangis dan memohon pemerintah Jerman untuk campur tangan dalam kasusnya.
"Tuan Scholz, tolong, saya masih hidup ... belum terlambat," kata Rico Krieger, yang terlihat diborgol di dalam sel, memohon kepada kanselir Jerman, Olaf Scholz.
Pihak berwenang di Belarus mengklaim, Krieger, 30 tahun, melakukan perjalanan ke negara itu musim gugur lalu atas perintah intelijen Ukraina, dengan tujuan melakukan serangan teroris di jalur kereta api.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)