Hizbullah Dituduh Serang Dataran Tinggi Golan, Lebanon Desak Penyelidikan Internasional
Menteri Lebanon mendesak penyelidikan internasional atau pertemuan komite tripartit yang diadakan melalui UNIFIL untuk mengetahui kebenarannya
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Lebanon menyerukan penyelidikan internasional atas serangan yang menewaskan 12 orang Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, The New Arab melaporkan.
Militer Israel sebelumnya mengatakan bahwa roket buatan Iran yang ditembakkan kelompok Hizbullah Lebanon pada hari Sabtu (27/7/2024), menghantam lapangan sepak bola di Majdal Shams, kota Druze di Golan Suriah yang diduduki.
Serangan itu menewaskan anak-anak dan remaja yang sedang bermain di sana.
Hizbullah membantah pihaknya berada di balik serangan itu.
Hizbullah mengklaim pihaknya tidak memiliki hubungan dengan insiden tersebut.
Mereka menuding gagalnya sistem pertahanan udara Israel sendiri lah yang mengakibatkan jatuhnya korban.
"Ini bukan pertama kalinya baterai Israel dan rudal Iron Dome meleset dan menjadi bumerang dan menghantam daerah sekitar Majdal Shams dan Golan Suriah yang diduduki," kata Hizbullah seperti dikutip BBC.
Sementara itu dilansir media Lebanon Al Mayadeen, laporan menunjukkan bahwa ledakan di Majdal Shams itu mungkin disebabkan oleh rudal anti-udara Iron Dome yang menyimpang dari jalurnya dan menghantam area tersebut.
Serangan itu sedang diselidiki, beberapa laporan menunjukkan bahwa serangan itu disebabkan oleh pencegat Tamir Israel yang gagal.
Pada hari Minggu (28/7/2024), dalam sebuah pernyataan di platform media sosial X, Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Bou Habib mendesak dilakukannya penyelidikan internasional atau pertemuan komite tripartit untuk mengetahui kebenaran tentang siapa yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Komite tripartit merujuk pada pejabat militer dari Lebanon dan Israel, yang secara teknis sedang berperang, bersama dengan pasukan penjaga perdamaian dari Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL).
Baca juga: Prediksi Israel Bakal Serang Lebanon dalam Waktu Dekat, Ini yang Perlu Diketahui
Bou Habib, dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri, mengatakan dia menduga serangan Majdal Shams dilakukan oleh organisasi lain atau merupakan kesalahan Israel atau kesalahan Hizbullah.
Dia menegaskan kelompok Lebanon itu hanya menargetkan posisi militer dan mengesampingkan kemungkinan mereka melakukan serangan yang disengaja terhadap warga sipil di Majdal Shams.
Pernyataan tersebut juga disiarkan oleh Kantor Berita Nasional milik pemerintah.
Bou Habib juga menyerukan penerapan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 1701 secara lengkap dan menyeluruh.
Resolusi 1701 tersebut mengakhiri perang antara Israel dan Hizbullah yang terjadi pada tahun 2006.
Resolusi tersebut juga menyerukan tentara Lebanon dan pasukan penjaga perdamaian PBB menjadi satu-satunya angkatan bersenjata yang dikerahkan di Lebanon selatan.
"Serangan besar Israel terhadap Lebanon akan menyebabkan memburuknya situasi regional dan akan memicu perang regional," Bou Habib memperingatkan, menurut pernyataan itu.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berjanji untuk menyerang musuh dengan keras setelah serangan Majdal Shams.
Iran lantas memperingatkan Israel bahwa setiap aksi militer baru di Lebanon dapat menyebabkan konsekuensi yang tidak terduga.
Sebagai gambaran umum, pasukan Hizbullah dan Israel telah saling melakukan baku tembak hampir setiap hari sejak perang Gaza dimulai pada bulan Oktober 2023 lalu.
Kekerasan lintas batas telah menewaskan sedikitnya 527 orang di Lebanon menurut penghitungan AFP.
Sebagian besar dari mereka adalah pejuang tetapi juga termasuk 104 warga sipil.
Di pihak Israel, 22 tentara dan 24 warga sipil telah tewas, menurut otoritas Israel.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)