Kronologi Sesama Militer Israel Bentrok di Penjara 'Guantanamo Israel' di Negev, Apa yang Terjadi?
Bentrokan pecah antara petugas polisi militer di satu sisi dan tentara IDF dan aktivis sayap kanan di pangkalan militer Sde Teiman di Gurun Negev
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Menurut data yang diterbitkan oleh tentara Israel, mereka sedang melakukan penyelidikan kriminal terhadap tentara IDF atas pembunuhan 48 warga Palestina, sebagian besar dari mereka adalah tahanan yang ditangkap dari Jalur Gaza, termasuk 36 orang yang ditahan di Sde Teiman, sementara organisasi hak asasi manusia dan badan-badan yang peduli dengan urusan tahanan menuntut agar nasib ribuan warga Gaza yang ditahan diungkapkan.
Mereka berada di wilayah Jalur Hijau sebelum tanggal 7 Oktober dengan izin kerja, namun dihilangkan secara paksa.
Hal ini terbukti dari pertimbangan Mahkamah Agung Israel, dan menurut pernyataan dan kesaksian yang diberikan oleh organisasi hak asasi manusia, bahwa sebagian besar dari mereka yang ditahan di pusat penahanan Sde Teiman adalah warga sipil dari Jalur Gaza dan dari berbagai strata sosial dan kelompok umur, pria dan wanita.
Mereka ditahan dengan hukuman pemukulan, pelanggaran, dan penyiksaan demi mendapatkan informasi tentang gerakan Hamas dan tentang tahanan Israel yang ditahan oleh milisi perlawanan Palestina.
Apa Pelanggaran yang Dilakukan Terhadap Tahanan di Sde Teiman?
Selama beberapa bulan terakhir, bukti dan kesaksian telah terkumpul tentang apa yang terjadi di pusat penahanan Sde Teiman.
Bukti dan kesaksian ini dikumpulkan oleh organisasi hak asasi manusia dan kesaksian para tahanan dari Gaza yang ditahan selama berminggu-minggu dan bahkan berbulan-bulan di penjara militer tersebut.
Hasilnya mengungkapkan gambaran yang mengerikantentang metode penyiksaan dan penganiayaan terhadap tahanan oleh tentara Israel, termasuk melakukan pelecehan seksual terhadap mereka.
Kesaksian dan bukti menunjukkan pelanggaran serius terhadap hak-hak para tahanan, kegagalan untuk menjamin kondisi minimum yang manusiawi, dan penahanan mereka di bawah penyiksaan dan pelanggaran di dalam kurungan besi dan dalam kondisi yang keras.
Para prajurit Israel di kamp penahanan biasa menahan seluruh tahanan Gaza di tempat terbuka yang dikelilingi pagar besi atau di dalam barak, tanpa tempat tidur dan tanpa kebutuhan hidup yang mendasar.
Hal tidak manusiawi itu dilakukan dengan cara mengikat anggota tubuh mereka sepanjang waktu, yang menyebabkan beberapa dari mereka harus mengalami amputasi anggota tubuh mereka.
Mata mereka juga ditutup untuk waktu yang lama, bahkan selama saat menjalani perawatan medis bagi yang terluka atau pemenuhan kebutuhan dalam kondisi penahanan yang mempengaruhi martabat dan kesehatan mereka.
Informasi juga terungkap bahwa Kementerian Kesehatan Israel mengizinkan tim medis di penjara untuk melakukan operasi bedah tanpa anestesi, dan juga memberikan perawatan kepada yang terluka saat mereka dibelenggu dan ditutup matanya.
Menyusul petisi organisasi hak asasi manusia, pemerintah Israel memberi tahu Mahkamah Agung pada tanggal 19 Juli bahwa mereka secara bertahap menutup pusat penahanan Sde Teiman, dan bahwa tahanan Jalur Gaza yang ditahan di sana akan dipindahkan ke bagian tenda baru di penjara Negev.
Selama bulan-bulan pertama perang, ketika bukti ini mulai muncul, Kantor Kejaksaan Militer Israel melakukan upaya besar untuk menunda penyelidikan, namun dengan meningkatnya tekanan internasional, dan setelah penyelidikan yang dilakukan oleh pers asing dan langkah-langkah yang diambil terhadap Israel di pengadilan internasional di Den Haag, diputuskan untuk membuka penyelidikan terhadap puluhan kasus yang menimbulkan kecurigaan tersebut, dalam upaya untuk menghindari prosedur peradilan internasional.