Eksodus Warga Lebanon, Berebut Kabur Tinggalkan Bandara Beirut, Takut Perang Pecah
Banyaknya warga yang ingin kabur meninggalkan Beirut membuat aula keberangkatan bandara sesak, dipenuhi keluarga-keluarga asal Lebanon
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, BEIRUT – Ketegangan konflik antara militan Hizbullah dengan Israel yang tak kunjung mereda telah memicu kepanikan warga Lebanon. Kini terjadi eksodus warga, mereka berbondong-bondong orang berebut kabur meninggalkan bandara Internasional Rafik Hariri Beirut.
Banyaknya warga yang ingin kabur meninggalkan Beirut membuat aula keberangkatan bandara sesak, dipenuhi keluarga-keluarga asal Lebanon yang berniat pergi meninggalkan datang ke tanah air mereka, sebagaimana dikutip dari Al Arabiya.
"Sangat menyedihkan, ya Tuhan, situasinya benar-benar menyedihkan. Kita keluar dari krisis, kita masuk ke krisis lain," kata Sherin Malah, seorang warga Lebanon yang tinggal di Italia yang datang ke Lebanon untuk mengunjungi ibunya dan akan pulang lebih awal.
Baca juga: Meski Iran-Hizbullah akan Balas Kematian Anggotanya, Israel Tak Ubah Kebijakan Lindungi Warga Sipil
Adapun ketegangan ini meningkat setelah Israel mengumumkan telah berhasil membunuh Fuad Shukr, tokoh kunci dalam transfer sistem panduan Iran untuk rudal jarak jauh Hizbullah. Shukr tewas dalam serangan udara di sebuah gedung di Beirut selatan pada pekan lalu.
Tak lama pengumuman itu dirilis, Pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh dilaporkan tewas bersama seorang pengawalnya di gedung tempat mereka menginap di Teheran, Iran pada Rabu (31/7/2024) dini hari.
Imbas serangkaian pembunuhan tersebut, Hizbullah dari Lebanon makin agresif melakukan serangan balasan ke Israel, menargetkan sejumlah aset-aset penting milik Israel seperti pelabuhan Haifa serta memata-matai kawasan gedung komandan Israel di Israel utara, lokasi penyimpanan Iron Dome dan jet, garasi militer, serta pabrik amunisi.
Bahkan untuk menyukseskan operasi gabungan tersebut, Hizbullah tak segan mengeluarkan sejumlah senjata andalan mereka seperti drone angkatan laut, drone udara, rudal balistik anti-kapal, serta roket Katyusha.
Baru – baru ini pesawat udara tak berawak (UAV) yang membawa bahan peledak dilaporkan sukses menyerang sebuah pangkalan di Israel utara hingga melukai dua tentara Israel. Tak sampai disitu Hizbullah turut menghujani daerah dekat pemukiman Ayelet HaShahar di utara negara itu dengan UAV, memicu kebakaran membuat Petugas pemadam kebakaran kelabakan untuk memadamkan api.
Merespon serangan Hizbullah yang semakin membabi buta, Pemerintah Israel melontarkan peringatan kepada kelompok asal Lebanon itu agar tidak bertindak lebih jauh terhadap Israel.
"Jika mereka berani menyerang kami, mereka akan membayar harga yang mahal," kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.
Baca juga: Menlu AS: Iran dan Hizbullah akan Menyerang Israel dalam 24 Jam ke Depan
Maskapai Tangguhkan Penerbangan ke Lebanon
Terpisah, pasca ketegangan antara Hizbullah dan Israel meningkat sejumlah maskapai penerbangan internasional asal AS membatalkan penerbangan mereka ke dan dari ibu kota Lebanon, Beirut.
Langkah serupa turut dilakukan maskapai penerbangan Jerman Lufthansa yang turut membatalkan semua penerbangan ke Tel Aviv hingga 8 Agustus mendatang sementara penerbangan ke ibu kota Lebanon, Beirut, akan ditangguhkan hingga 12 Agustus.
Adapun penangguhan diberlakukan mengantisipasi adanya kemungkinan Israel membalas serangan mematikan Hizbullah Lebanon, memperparah ketegangan konflik di Timur Tengah.
“Jika perang besar-besaran terjadi di Timur Tengah, penerbangan sipil kemungkinan akan menghadapi risiko pesawat nirawak dan rudal melintasi jalur udara, serta peningkatan risiko pemalsuan GPS,” jelas OpsGroup. organisasi berbasis keanggotaan yang berbagi informasi risiko penerbangan.
“Untuk saat ini kami menyarankan maskapai penerbangan Asia dan Eropa untuk menghindari wilayah udara Israel, Lebanon, Iran dan Irak,” imbuhnya.