Karier Politik Sheikh Hasina, Menjabat sebagai PM Bangladesh 15 Tahun, Kini Tinggalkan Negaranya
Dilatarbelakangi insiden tragis, begini jejak karier politik Sheikh Hasina, wanita yang menjabat sebagai Perdana Menteri Bangladesh selama 15 tahun.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
“Hasina memiliki satu kualitas yang sangat hebat sebagai seorang politisi, yaitu menjadikan trauma sebagai senjata,” kata Avinash Paliwal, mantan dosen universitas yang mengkhususkan diri dalam urusan strategis Asia Selatan, pada bulan Januari lalu menjelang pemilihan umum Bangladesh.
Bagi Hasina, ayahnya adalah pendiri Bangladesh yang merdeka setelah pasukannya, yang dibantu oleh India, mengalahkan Pakistan pada tahun 1971.
Setelah pembunuhan itu, Hasina tinggal selama bertahun-tahun di pengasingan di India.
Ia kemudian kembali ke Bangladesh dan mengambil alih partai Liga Awami.
Namun, penguasa militer Bangladesh menahannya di dalam dan di luar tahanan rumah sepanjang tahun 1980-an hingga setelah pemilihan umum tahun 1996, di mana ia menjadi perdana menteri untuk pertama kalinya.
Hasina juga mengalami banyak penangkapan saat beroposisi serta beberapa kali percobaan pembunuhan.
Salah satu percobaan pada tahun 2004 bahkan merusak pendengarannya.
Ia juga selamat dari upaya untuk memaksanya mengasingkan diri dan banyak kasus pengadilan yang menuduhnya melakukan korupsi.
Persaingan Hasina dan Khaleda Zia
Puluhan tahun setelahnya, terjadi perebutan kekuasaan antara Hasina dan mantan Perdana Menteri Khaleda Zia.
Khaleda Zia adalah kepala partai oposisi utama Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), yang kini sakit-sakitan dan berada dalam tahanan rumah.
Hasina dan Zia memerintah negara secara bergantian selama bertahun-tahun dalam persaingan sengit yang memecah belah politik Bangladesh.
Baca juga: Bagaimana demonstrasi di Bangladesh mengakhiri 15 tahun pemerintahan Sheikh Hasina
Hasina sering menuduh BNP mendekati para ekstremis garis keras yang telah diberantas oleh partainya, yang menyebut dirinya moderat dan sekuler.
Sementara BNP mengeklaim, partai Liga Awami menggunakan taktik-taktik represif untuk tetap berkuasa.
Keduanya saling menyalahkan saat protes baru-baru ini berubah menjadi kekerasan.