Tidak Punya Hak Apa-apa, Polisi Israel Larang Imam Al-Aqsa untuk Memasuki Masjid selama 6 Bulan
Israel melarang Imam Ekrema Sabri Al-Aqsa memasuki masjid selama enam bulan setelah ia memberikan penghormatan kepada Ismail Haniyeh
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Pemukim dan otoritas Israel telah lama berupaya mengubah Yerusalem Timur dari wilayah Muslim dan Kristen Palestina menjadi wilayah Yahudi.
Ancaman terhadap kesucian Al-Aqsa merupakan masalah utama bagi banyak warga Palestina dan Muslim di seluruh dunia.
Al-Aqsa Diperebutkan, Yahudi Kerap Beribadah di Sana
Mengutip Aljazeera, kompleks Masjid Al-Aqsa, yang meliputi Masjid Al-Aqsa (Masjid al-Qibli) dan Kubah Batu, berada di Kota Tua Yerusalem, yang terletak di sisi timur Yerusalem, Palestina.
Orang-orang Yahudi menyebut kompleks Masjid Al-Aqsa sebagai "Temple Mount” atau “Gunung Kuil”.
Beberapa orang Yahudi percaya bahwa di sanalah kuil Yahudi kuno pertama dan kedua pernah berdiri.
Israel mengklaim sepihak kedaulatan atas keseluruhan Yerusalem, termasuk Kota Tua dan kompleks Masjid Al-Aqsa.
Namun klaim tersebut dianggap melanggar hukum dan belum diakui oleh mayoritas penduduk negara-negara di dunia.
Berdasarkan perjanjian dengan Yordania, keamanan dan administrasi di dalam kompleks tersebut dikelola oleh Wakaf Yordania (otoritas wakaf Islam).
Sementara itu, Israel bertanggung jawab atas keamanan di sekitar kompleks tersebut, memfasilitasi masuknya pengunjung non-Muslim melalui koordinasi dengan Wakaf, dan mematuhi peraturan Yordania untuk melarang kelompok garis keras Yahudi yang dianggap provokatif.
Salat non-Muslim di masjid dilarang, seperti yang telah terjadi selama berabad-abad.
Status ini bertahan hingga tahun 1990an.
Baca juga: Israel Tangkap Imam Al-Aqsa karena Ajak Doakan Haniyeh, Hamas Mengutuk
Tetapi selama tiga dekade terakhir ini, Israel telah menerapkan kontrol yang lebih ketat terhadap situs tersebut.
Pasukan Israel mengontrol siapa yang masuk dan keluar masjid, membatasi akses warga Palestina, melakukan penggerebekan dengan kekerasan di dalam kompleks masjid, dan justru semakin memperbolehkan masuknya kelompok garis keras Yahudi.
Kelompok garis keras Yahudi sejak tahun 1967 secara terbuka menyatakan tujuan mereka untuk mengambil alih kompleks tersebut, menghancurkan Kubah Batu, dan membangun kuil ketiga di sana.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)