Gaza Kehabisan Lahan Pemakaman, Korban Tewas Akibat Serangan Israel Melonjak Jadi 40.000 Orang
Menurut laporan Kementerian Kesehatan di Gaza selama lebih dari 10 bulan Israel menyerang Gaza, tepatnya sejak 7 Oktober 2024 setidaknya 40.005 orang
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Serangan militer Israel ke jalur Gaza yang tak kunjung rampung membuat jumlah korban tewas di Palestina terus bertambah mencapai 40.005 ribu jiwa.
Menurut laporan Kementerian Kesehatan di Gaza selama lebih dari 10 bulan Israel menyerang Gaza, tepatnya sejak 7 Oktober 2024 setidaknya 40.005 orang dilaporkan tewas.
Jumlah tersebut bertambah lantaran dalam 24 jam terakhir ada 40 orang tewas.
Sementara korban luka saat ini jumlahnya melonjak tajam melebihi 92.401 jiwa. Pejabat kesehatan melaporkan sekitar 70 persen korban didominasi anak-anak dan wanita.
“Pasukan Israel membunuh 40 orang dan melukai 107 lainnya dalam tiga pembantaian keluarga dalam 24 jam terakhir,” kata Kementerian, sebagaimana dikutip dari Anadolu.
“Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” tambahnya.
Jumlah tewas ini mulai melonjak setelah militer Israel mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.
Bahkan di tengah ramainya kecaman internasional atas tindakan genosida yang dilakukan Israel, negara zionis ini terus mengintensifkan serangan.
Gaza Kehabisan Lahan Pemakaman
Jumlah korban jiwa yang terus bertambah kini membuat wilayah Gaza mulai kehabisan lahan pemakaman.
Hal itu diungkap langsung oleh Saadi Hassan Barakeh, salah seorang pengurus makam di pemakaman Ansar Gaza.
Baca juga: Pusat Bisnis Tel Aviv Kini Sepi, Ekonom Zionis: Perang Gaza Rugikan Ekonomi Israel Rp 1.056 Triliun
Dalam wawancara dengan Al Arabiya, pria 63 tahun itu mengungkap bahwa dirinya terpaksa menumpuk jenazah makam syuhada yang tewas akibat perang demi menghemat lahan.
“Pemakaman itu begitu penuh sehingga kami sekarang menggali kuburan di atas kuburan lainnya, kami menumpuk jenazah secara bertingkat,” kata Barakeh.
Krisis lahan ini mulai terjadi setelah Israel mulai gencar mengintensifkan serangan ke warga sipil Palestina.
Alhasil lahan pemakaman Ansar Gaza seluas 5,5 hektar tak bisa lagi menampung lonjakan jenazah syuhada.
“Sebelum perang, kami hanya menyelenggarakan satu atau dua pemakaman per minggu, maksimal lima kali,” katanya sambil mengenakan peci putih yang senada dengan jenggot panjangnya.
“Sekarang, ada minggu-minggu ketika saya menguburkan 200 hingga 300 orang. Sungguh luar biasa,” imbuhnya.
Bencana Kelaparan di Gaza Makin Parah
Tak sampai disitu setelah lebih dari 10 bulan perang, Israel makin brutal melakukan serangan.
Terbaru PM Israel Benjamin Netanyahu mulai memperketat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Imbasnya satu dari tiga anak di Gaza dengan rentan usia bawah 2 tahun terindikasi mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi akut.
lebih dari 2,3 juta penduduk Gaza yang mengungsi juga harus menghadapi krisis kemanusiaan.
Termasuk anak-anak di Gaza yang kini mengalami stunting dan malnutrisi akut, akibat stok bahan pangan tak bisa masuk ke wilayah pengungsian.
Pernyataan ini diungkap UNRWA usai bencana kelaparan di wilayah Gaza kian memprihatinkan pasca militer Israel terus membombardir Jalur Gaza serta menangguhkan akses truk – truk bantuan kemanusian yang akan memasuki wilayah perbatasan.
"Kekurangan gizi pada anak-anak menyebar dengan cepat dan mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya di Gaza," kata UNRWA dalam sebuah unggahan di media sosial yang dikutip Al Jazeera.
Senada dengan UNRWA, sejumlah rumah sakit di Gaza juga mengatakan bahwa satu dari tiga anak mengalami kekurangan gizi akut dan dua dari setiap 10.000 anak di Gaza meninggal setiap hari karena kelaparan atau kekurangan gizi.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)