Demokrat Bungkam Aktivis Palestina, Grup 'Wanita Muslim untuk Kamala Harris' Pilih Bubarkan Diri
Kelompok wanita muslim yang mendukung calon Presiden AS dari Partai Demokrat, Kamala Harris, memilih membubarkan diri.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Nanda Lusiana Saputri
Adapun beberapa waktu lalu calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, dilaporkan mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar menolak kesepakatan tentang pembebasan sandera di Jalur Gaza.
Menurut laporan PBS, Trump takut kesepakatan itu bisa membantu calon Harris memenangkan pilpres.
“Laporan bahwa mantan Presiden Trump berbicara lewat telepon dengan Perdana Menteri Israel, mendesaknya agar saat ini tidak menyetujui kesepakatan karena hal itu dipercaya akan membantu kampanye Harris,” kata Judy Woodruff, wartawan PBS.
Blinken: Israel sudah menyetujui usulan
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berujar Israel sudah menyetujui usulan gencatan senjata dan pembebasan sandera. Blinken kemudian meminta Hamas untuk turut menyetujuinya.
Para pejabat AS berharap kesepakatan gencatan senjata bisa membatalkan serangan balasan Iran dan Hizbullah ke Israel.
Ketegangan di Asia Barat meningkat setelah Israel membunuh Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh dan panglima Hizbullah Fuad Shukr.
Blinken dilaporkan berbincang dengan Netanyahu selama 2,5 jam pada hari Senin. Dia akan pergi Mesir dan Qatar untuk membicarakan negosiasi.
Baca juga: Barack Obama Yakini Kemenangan Capres Demokrat Kamala Harris
AS, Mesir, dan Qatar sudah berperan menjadi juru penengah selama berbulan-bulan. Namun, perundingan gencatan senjata tak kunjung membuahkan hasil.
“Dalam pertemuan yang sangat konstruktif dengan Perdana Menteri Netanyahu, dia mengonfirmasi kepada saya bahwa Israel mendukung usulan [gencatan senjata] itu,” kata Blinken kepada wartawan, dikutip dari Associated Press.
Menurut Blinken, andai nantinya Hamas juga menyetujui usulan itu, para juru runding masih memerlukan waktu beberapa hari untuk memahami “penerapan kesepakatan” itu.
Dia menyebut masih ada beberapa persoalan rumit yang memerlukan keputusan para pemimpin.
Sementara itu, Hamas mengaku sudah tak lagi percaya kepada AS sebagai juru penengah.
Hamas menuding AS berpihak pada Israel karena AS membuat tuntutan baru yang ditolak oleh Hamas.
Adapun Netanyahu mengatakan Israel mengapresiasi AS yang sudah menujukkan upayanya membebaskan warga Israel yang disandera Hamas di Gaza.
Dia berujar kini sedang ada upaya untuk membebaskan sebanyak-banyaknya sandera dalam tahap pertama kesepakatan gencatan senjata.
Diperkirakan masih ada sekitar 110 warga Israel yang masih disandera di Gaza. Israel menyebut sepertiganya sudah meninggal.
Pada bulan November 2023 ada lebih dari 100 sandera yang dibebaskan saat gencatan senjata selama seminggu.
(Tribunnews/Febri)