Israel Bombardir Markas Besar Brigade ke-47 Tentara Suriah, Serangan Balasan Iran Dipercepat?
Markas besar brigade ke-47 tentara Suriah, serta markas besar batalyon pertahanan udara tentara Suriah di pinggiran Homs jadi sasaran serangan Israel
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Serangan tersebut semakin intensif sejak 2017 – hampir menjadi serangan mingguan – untuk menargetkan meningkatnya kehadiran dan pengaruh Iran dan Hizbullah di Suriah.
Iran, Hizbullah Lebanon, dan Suriah bersekutu melawan Israel dan pendukung militer dan keuangan utamanya, Amerika Serikat, bersama dengan kelompok bersenjata dan politik di Irak dan Yaman dalam apa yang disebut “poros perlawanan”.
Serangan ke Suriah Penting Bagi Israel
Dari kaca mata Israel, serangan terhadap Suriah dianggap punya faktor penting untuk melemahkan kekuatan "Poros Perlawanan"
Terlepas dari serangan langsung di Teheran yang menewaskan pemimpin Polit Biro Hamas, Ismail Haniyeh pada 31 Agustus 2024 silam, Israel juga telah melancarkan dua serangan terbesar dan paling mematikan terhadap Suriah.
Faktor Hamas telah meningkatkan frekuensi dan intensitas serangan Israel secara signifikan sejak dimulainya perang brutal di Gaza, dengan secara bebas menargetkan Iran dan sekutunya, Hizbullah, di Suriah, terutama di sekitar ibu kota, Damaskus, tempat adanya kehadiran dua elemen Poros Perlawanan tersebut.
Serangan udara Israel yang menghancurkan gedung konsulat Iran di Damaskus, menewaskan tujuh anggota Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, termasuk dua jenderal yang memimpin Pasukan Elite Quds di Suriah dan Lebanon .
Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi merupakan penghubung utama antara IRGC dan Hizbullah, yang telah beroperasi dengan para pemimpin Hizbullah seperti Hassan Nasrallah dan Imad Mughniyeh, yang dibunuh oleh Israel, selama beberapa dekade.
Ini adalah pembunuhan tingkat tertinggi sejak komandan Pasukan Quds Mayor Jenderal Qassem Soleimani dibunuh oleh AS di Irak pada Januari 2020.
Pukulan terhadap IRGC terjadi setelah kepentingannya berulang kali dipukul di Suriah, dengan serangan pada akhir Desember yang menewaskan Razi Mousavi, komandan tinggi Pasukan Quds lainnya di Suriah.
Beberapa hari sebelum serangan terhadap konsulat Iran, militer Israel telah melancarkan serangan besar-besaran di provinsi utara Suriah, Aleppo, yang menewaskan sedikitnya 40 orang, sebagian besar dari mereka adalah tentara.
Serangan tersebut tampaknya mengenai depot senjata, yang mengakibatkan serangkaian ledakan yang juga menewaskan enam pejuang Hizbullah.
Serangan paling telak, tidak disanggah atau diiyakan Israel, adalah serangan di Teheran yang menewaskan Haniyeh.
Iran menegaskan akan kembali membalas Israel atas serangan ini, namun lewat cara, metode, dan waktu pelaksanaan yang hingga kini masih misterius.
Serangan terbaru Israel ke Suriah diduga juga terkait upaya melemahkan kekuatan pembalasan Iran.