Brigade Al Qassam Mengebom Tel Aviv Pakai Rudal M90, Pakar: Hamas Bisa Serang Israel Sesuka Hati
Pengeboman terhadap Tel Aviv adalah pesan Al Qassam untuk menegaskan kemampuannya dalam menyerang sedalam yang mereka inginkan di wilayah Israel.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Hanya, cara ini terbaca lantaran para petempur Al Qassam mengetahui secara pasti titik lokasi jaringan terowongan yang mereka buat.
Baca juga: IDF Tak Bisa Deteksi Terowongan di Depan Hidung, Qassam Mendadak Muncul 200 Meter dari Check Point
Terowongan yang Tak Ada Habisnya
Seperti diketahui, terowongan di Jalur Gaza menjadi perhatian khusus bagi pasukan Israel yang menilai infrastruktur milik milisi perlawanan Palestina merupakan jaringan canggih bak labirin.
Faktor terowongan ini pula yang disebut-sebut membuat Tentara Israel -dengan segala keunggulan peralatan tempur- belum mampu memberantas Hamas, target perang yang mereka tetapkan, meski perang sudah berlangsung selama 10 bulan.
Baca juga: Terowongan Bertingkat Hamas Ditemukan di Perbatasan Mesir, Labirin yang Mengejutkan Tentara Israel
Terkait terowongan milisi perlawanan Palestina, Komandan pasukan elite Brigade Nahal Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan keputusasaan mereka menghadapi situasi pertempuran di Rafah, Gaza Selatan.
“Rafah penuh dengan terowongan, yang sepertinya tidak ada habisnya,” lapor media Israel pada Rabu (19/6/2024) lalu.
Komandan tersebut, Kolonel Yair Zuckerman, menyatakan kalau terowongan ini terdapat di banyak rumah di Rafah.
Baca juga: IDF Segera Mundur dari Rafah, Media Israel: Dua Batalyon Hamas Belum Terlibat Pertempuran
“Hampir tidak ada rumah tanpa terowongan, yang merupakan tantangan terbesar bagi tentara,” jelas Kolonel Yair Zuckerman.
“Terowongan tersebut menghubungkan rumah-rumah di kota, membentuk satu labirin yang luas.”
Dia menunjukkan bahwa tentaranya telah menemukan tujuh belas terowongan di Rafah dalam beberapa hari terakhir saja.
Merujuk pada insiden pekan lalu di mana empat tentara tewas ketika sebuah bom meledak di sebuah rumah yang diyakini bebas dari bahan peledak, Zuckerman mengatakan:
Baca juga: Jebakan Presisi Al Qassam, Detail Tewasnya Perwira & Tentara Elite Brigade Givati IDF di Shaboura
“Rumah-rumah tersebut dipasangi jebakan dengan bahan peledak berkabel yang dapat diledakkan dari jarak jauh. Ini adalah jenis medan perang yang berbeda, di mana tentara bertempur di atas dan di bawah tanah.”
Pertempuran itu, akunya, “berat dan lambat.”
Pejuang Hamas telah memasang banyak kamera di Rafah untuk mengatur pertempuran dari atas dan bawah tanah, tambah perwira senior tersebut.
Bermil-mil Terowongan Masih Utuh
Israel 'masih jauh dari sukses' dalam mencapai tujuannya untuk melenyapkan Hamas dari Jalur Gaza, CBS News melaporkan pada Rabu (19/6/2024), mengutip seorang pejabat AS.
“Israel belum mencapai tujuan mereka untuk menghancurkan Hamas,” kata pejabat itu.
Hal itu, terutama karena ratusan pejuang milisi pembebasan Palestina terus berperang dan bermil-mil terowongan masih utuh dan belum dijelajahi oleh pasukan Israel (IDF).
Baca juga: Jaringan Terowongan Hizbullah Lebih Luas Dibanding Punya Hamas: Suplai Senjata dari Iran Lancar Jaya
Sementara itu, pemimpin Hamas di Gaza, Yahya al-Sinwar, masih buron.
Pejabat Amerika tersebut menilai bahwa kurangnya rencana Israel pasca perang di Gaza menjadikan strategi saat ini sebagai “resep untuk perang yang berkelanjutan.”
Baca juga: Jenderal Top Pentagon Ungkap Kebodohan Berulang Strategi Militer Israel di Gaza: Hamas Itu Ideologi
IDF Dipaksa Netanyahu Buat Terus Perang
Pernyataan pejabat AS tersebut senada dengan pernyataan juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, yang mengakui bahwa tujuan “membasmi Hamas” tidak mungkin tercapai.
“Urusan menghancurkan Hamas, memberangus Hamas – ini hanya seperti membuang pasir ke mata publik,” kata Hagari kepada Channel 13 Israel.
Dia menekankan kalau "Hamas adalah sebuah ide, Hamas adalah sebuah partai. Ini berakar di hati masyarakat – siapa pun yang berpikir kita dapat melenyapkan Hamas adalah salah."
Juru bicara tersebut memperingatkan bahwa jika pemerintah Israel “tidak menemukan alternatif – [Hamas] akan tetap” berada di Gaza.
Namun, Perdana Menteri pendudukan Israel Benjamin Netanyahu bersikeras pada “penghancuran kemampuan militer dan pemerintahan Hamas” sebagai bagian dari kondisi Israel untuk mengakhiri perang di Gaza.
Baca juga: Bentrok Dimulai, Netanyahu Sekak Tentara Israel yang Akui Hamas Tak Bisa Dihancurkan
Pernyataan ini menimbulkan adanya perpecahan di tubuh pemerintahan Israel antara sektor politik sebagai pengambil keputusan dengan sektor militer sebagai pihak yang menjalankan agresi militer di Gaza.
Ketidaksinkronan ini dituding IDF sebagai satu di antara hal sulitnya memberantas Hamas. Tidak adanya rencana yang jelas, membuat IDF secara berulang harus kembali berperang di wilayah yang sama di Gaza karena milisi perlawanan mampu memulihkan kekuatan setelah dibombardir IDF.
Baca juga: Garis Komando Tentara Israel Amburadul, 2 Sersan IDF Tewas Kena Sergapan Terbaru Qassam di Zaytoun
Hal ini terlihat jelas, ketika sumber-sumber militer mengatakan kepada Channel 12 Israel pada pertengahan Juni bahwa Hamas terus terlibat dalam perang di Jalur Gaza, dan masih mampu menimbulkan kerugian besar pada tentara Israel.
Sumber tersebut menyebutkan bahwa tentara Israel sedang berjuang untuk melenyapkan Brigade al-Qassam Hamas di Rafah, Jalur Gaza selatan, dan mungkin mengakhiri operasi militer tanpa mencapai tujuannya.
Baca juga: IDF Segera Mundur dari Rafah, Media Israel: Dua Batalyon Hamas Belum Terlibat Pertempuran
Hal serupa juga disampaikan oleh Ohad Hemo, komentator urusan Palestina untuk Channel 12 Israel, yang mengatakan bahwa Hamas telah berhasil membangun kembali kehadirannya di Jalur Gaza, dan menekankan bahwa ekspektasi Israel mengenai invasi Rafah dan operasi darat di sana menyesatkan publik.
Putus Asa
Terkait invasi militer IDF di Rafah, Komandan pasukan elite Brigade Nahal Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan keputusasaan mereka menghadapi situasi pertempuran di Rafah, Gaza Selatan.
“Rafah penuh dengan terowongan, yang sepertinya tidak ada habisnya,” lapor media Israel pada Rabu (19/6/2024).
Komandan tersebut, Kolonel Yair Zuckerman, menyatakan kalau terowongan ini terdapat di banyak rumah di Rafah.
Baca juga: IDF Segera Mundur dari Rafah, Media Israel: Dua Batalyon Hamas Belum Terlibat Pertempuran
“Hampir tidak ada rumah tanpa terowongan, yang merupakan tantangan terbesar bagi tentara,” jelas Kolonel Yair Zuckerman.
“Terowongan tersebut menghubungkan rumah-rumah di kota, membentuk satu labirin yang luas.”
Dia menunjukkan bahwa tentaranya telah menemukan tujuh belas terowongan di Rafah dalam beberapa hari terakhir saja.
Merujuk pada insiden pekan lalu di mana empat tentara tewas ketika sebuah bom meledak di sebuah rumah yang diyakini bebas dari bahan peledak, Zuckerman mengatakan:
Baca juga: Jebakan Presisi Al Qassam, Detail Tewasnya Perwira & Tentara Elite Brigade Givati IDF di Shaboura
“Rumah-rumah tersebut dipasangi jebakan dengan bahan peledak berkabel yang dapat diledakkan dari jarak jauh. Ini adalah jenis medan perang yang berbeda, di mana tentara bertempur di atas dan di bawah tanah.”
Pertempuran itu, akunya, “berat dan lambat.”
Pejuang Hamas telah memasang banyak kamera di Rafah untuk mengatur pertempuran dari atas dan bawah tanah, tambah perwira senior tersebut.
Baca juga: Perwira IDF: Hamas Pasang Kamera Pengintai di Tiap Sudut Rafah, Tentara Israel Sengsara Kena Jebakan
IDF Frustrasi pada Netanyahu
Terpisah, Juru Bicara IDF, Daniel Hagari, mengatakan tentara Israel selalu merasa frustrasi terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, bahkan sejak sebelum perang dimulai.
Tetapi, menurut Hagari, sejak 7 Oktober 2023, perselisihan antara militer dan pemerintahan Netanyahu telah mencapai puncaknya.
"Siapapun yang mengira Hamas bisa dihancurkan adalah kesalahan," ujarnya dalam wawancara Channel 13 Israel, Rabu, dikutip dari Palestine Chronicle.
"Mengatakan Hamas bisa dihancurkan dan dihilangkan sama saja dengan melempar debu ke mata publik," imbuhnya.
Pernyataan terbaru ini sangat berbeda dari setiap pengumuman yang dibuat Hagari sendiri soal tujuan serangan Israel di Gaza.
Dalam pernyataan pers hariannya, Hagari menggambarkan kehancuran sistematis kemampuan militer Hamas di seluruh wilayah kantong itu.
Baru-baru ini, pernyataan Hagari juga bertentangan dengan pernyataan Netanyahu, di mana sang perdana menteri sekali lagi menekankan "kemenangan total" di Gaza.
Kontradiksi itu dapat secara mudah dikaitkan dengan meningkatnya konflik antara Israel dan Netanyahu, serta menteri sayap kanan.
Meski demikian, ketegangan antara dua kubu itu beberapa kali dapat diatasi, karena fakta mengenai perang Israel di Gaza dan Lebanon sebagian besar dikelola oleh Dewan Perang.
Baca juga: Al-Qassam dan Al-Quds Kompak Targetkan Tempat Sembunyi Pasukan Israel, Serang Pakai Peluru dan Roket
Seperti diketahui, Dewan Perang melibatkan para pemimpin oposisi dan individu berkredibilitas tinggi dalam institusi militer.
Antisipasi pengunduran diri pemimpin oposisi Israel, Benny Gantz, yang merupakan Kepala Staf tentara Israel pada tahun 2014, Gadi Eisenkot, dan lainnya, serta pembubaran Dewan Perang mengubah dinamika politik yang memerintah Israel selama sembilan bulan terakhir.
IDF kini merasa berani dan secara terbuka menyuarakan rasa frustrasinya karena tidak adanya rencana politik pasca-perang.
Perlu juga dinyatakan, meskipun tentara Israel mempunyai peran penting dalam pendirian negara Israel, konflik seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Secara historis, para jenderal Israel dimasukkan ke dalam lembaga politik setelah mereka pensiun, atau mereka cenderung bekerja sebagai konsultan di perusahaan manufaktur militer besar Israel.
Namun, formasi politik baru Netanyahu sengaja mengesampingkan kekuatan militer.
Pimpinan militer Israel pasti menyadari skenario pasca-perang di Israel harus mencakup kembalinya peran politiknya sebagai bagian dari institusi politik.
Untuk melakukan hal ini, tokoh sayap kanan seperti menteri Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich, keduanya tidak memiliki pengalaman militer, tidak dapat menjadi bagian dari formasi politik skenario "hari setelahnya".
Hal ini seharusnya menjelaskan konteks persaingan yang sedang berlangsung di Israel, yang konsekuensinya tentu saja sangat luas.
Perbandingan Kekuatan, IDF Juga Mesti Hadapi Hizbullah Lebanon
Di tengah situasi dilematis yang dihadapi IDF dalam misi memberangus Hamas, baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, memperingatkan adanya keputusan "perang habis-habisan" antara Israel dengan Hizbullah di Lebanon.
Meski demikian, Israel diperkirakan tidak mampu melawan Hizbullah, menurut analisa mantan Brigadir Jenderal di Angkatan Pertahanan Israel, Assaf Orion.
Orion yang pernah menjadi kepala strategi di kurun waktu 2010-2015, memperkirakan Hizbullah memiliki persediaan senjata "puluhan kali lipat lebih banyak dibandingkan Hamas", dilansir The Guardian.
Hal serupa juga disampaikan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, Rabu (19/6/2024), yang mengatakan Israel harus bersiap menghadapi setiap tindakan Hizbullah.
Ia mengatakan, pasukan Israel harus mempersiapkan langkah antisipasi di front utara karena Hizbullah "sepuluh kali lebih kuat dari Hamas", menurut laporan Anadolu Ajansi.
Sementara itu, menurut POLITICO, Hizbullah saat ini bukanlah Hizbullah seperti tahun 2006.
Persediaan persenjataannya jauh lebih baik, dengan perkiraan persediaan roket sebanyak 40 ribu hingga 129 ribu, lebih banyak dari kebanyakan negara, termasuk Israel.
Dengan kekuatan itu, POLITICO berpendapat Hizbullah bisa menyerang tepat di jantung Israel.
Lalu, seperti apa perbandingan kekuatan Hizbullah, Hamas, dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), dikutip dari DW?
Hizbullah
Hizbullah didirikan selama Invasi Israel ke Lebanon pada 1982 silam.
Kelompok ini memiliki sayap militer yang kuat dan dikenal sebagai salah satu pasukan non-negara dengan persenjataan paling berat di dunia.
Baca juga: 8 Kesuksesan Terbaru Al-Qassam Lawan Pasukan Israel: Bom Situs Militer, Sergap IDF Pakai Ranjau
Pada 2021, pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengklaim kelompoknya memiliki 100 ribu pejuang.
Tetapi, para ahli menyebutnya berlebihan, dengan memperkirakan Hizbullah sebenarnya hanya memiliki 15 ribu-20 ribu pejuang terlatih.
Iran, pendukung utama Hizbullah, dilaporkan telah memasok roket dengan jangkauan lebih jauh dan lebih tepat, untuk kelompok itu.
'Pemberian' roket itu disebut-sebut bertujuan untuk mengakibatkan kerusakan signifikan pada infrastruktur Israel dan mengambat akses maritim ke pantai Mediterania Israel.
Hizbullah juga diketahui memiliki jumlah senjata yang bisa menghalangi pasukan berjumlah besar dan lebih maju.
Misalnya, Hizbullah bisa mengerahkan kawanan drone secara bersamaan terhadap satu sasaran untuk melumpuhkan sistem pertahanan udara Israel.
Selain itu, Hizbullah memiliki sistem pertahanan seperti SA-22 Rusia, yang bisa menargetkan pesawat terbang, helikopter, rudal balisitik dan jelajah, serta drone.
Aset-aset itu menjadi tantangan besar bagi militer Israel, yang sangat bergantung pada Angkatan Udaranya.
Hamas
Hamas didirikan pada awal intifada pertama pada 1987, saat ribuan warga Palestina memprotes pendudukan Israel di Tepi Barat dan Gaza.
Baca juga: IDF Hadapi Situasi Menantang di Rafah, Komandan Brigade Nahal Kewalahan: Ini Sangat Melelahkan
Selama bertahun-tahun, Hamas telah mengembangkan infrastruktur militer dan meningkatkan kekuatannya, serta meningkatkan kemampuannya dalam hal jangkauan dan pesenjataan.
Kelompok ini juga telah menggali sistem terowongan canggih di bawah Jalur Gaza, serta sebagian wilayah Israel dan Mesir.
Terowongan buatan Hamas itu dirancang untuk menyembunyikan dan menutupi para pejuangnya, sehingga menyulitkan IDF untuk melacak dan menemukan mereka.
Hamas bisa melakukan serangan mendadak terhadap pasukan Israel jika terjadi serangan darat.
Pada 2021, Hamas mampu menembakkan lebih dari 4.000 roket ke arah Israel selama perang 11 hari.
Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, tak pernah merinci berapa jumlah pasti pejuangnya.
Tetapi, berbagai sumber mengklaim Al-Qassam memiliki 7 ribu-50 ribu pasukan.
Sumber anonim mengatakan kepada Reuters, Al-Qassam punya akademi militer yang menawarkan pelatihan khusus, termasuk keamanan siber.
Al-Qassam diketahui memiliki persediaan senjata ringan yang besar, termasuk roket rakitan, mortir, dan bahan peledak lainnya.
Selain itu, Al-Qassam juga mempunyai rudal anti-tank dan rudal anti-pesawat yang diluncurkan dari MANPADS.
Hal itu membuat Al-Qassam sebagai salah satu pasukan gerilya dengan perlengkapan terbaik di dunia.
IDF
IDF termasuk dalam jajaran militer paling kuat di dunia, menurut Global Firepower Index.
Persenjataan militer Israel mencakup kapal rudal canggih, tank, helikopter serang, dan armada drone besar.
Tetapi, kekuatan IDF terletak pada Angkatan Udaranya, yang sebagian besar terdiri dari pesawat-pesawat mutakhir buatan Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Warga Israel di Perbatasan Lebanon Takut Serangan Hizbullah: Tiba-tiba Ada Rudal, Kami Tak Tahan
Selain itu, IDF memiliki persediaan "amunisi berkeliaran" otonom, yang dikenal sebagai drone bunuh diri, termasuk model Harop dan Harpy, yang dapat melacak dan menghilangkan target bergerak.
Menurut Global Firepower Index, IDF memiliki 169.500 tentara aktif.
Pada 2022, Israel mengalokasikan 23,4 miliar dolar AS untuk pertahanan, menurut laporan Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm.
AS juga memberikan dukungan besar, memberikan sekitar 3 miliar dolar AS bantuan luar negeri kepada Israel setiap tahunnya sejak tahun 2017, dengan sebagian besar bantuan ini diberikan kepada militer.
(oln/khbrn/almydn/memo/*)