Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Netanyahu Presentasi Peta Kontroversial, Tak Ada Tepi Barat, Israel Mau Caplok Palestina Seutuhnya

Israel sudah secara terbuka menyatakan kalau Tepi Barat adalah bagian dari wilayah teritorial (pendudukan) mereka, tanpa lagi memedulikan aturan

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Netanyahu Presentasi Peta Kontroversial, Tak Ada Tepi Barat, Israel Mau Caplok Palestina Seutuhnya
rntv/tangkap layar
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mempresentasikan peta rencana pendudukan Israel. Tak ada nama wilayah Tepi Barat di peta tersebut yang mengindikasikan kalau Israel sudah menganggap West Bank sebagai teritorial mereka, bukan wilayah Palestina. 

Netanyahu Presentasikan Peta Kontroversial, Tak Ada Nama Tepi Barat, Israel Mau Caplok Palestina Seutuhnya

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kembali membuat kontroversi.

Pernyataannya baru-baru ini terkait rencana Israel terhadap situasi konflik saat ini di Jalur Gaza dan Tepi Barat memicu berbagai reaksi di seluruh lanskap politik Israel.

Pada momen itu, Netanyahu meminta maaf kepada keluarga enam tawanan yang jasadnya ditemukan di Gaza pada akhir pekan kemarin, Senin (2/9/2024).

Baca juga: Penulis Zionis: Perbatasan Israel akan Meluas hingga Mekkah, Madinah, dan Gunung Sinai

"Pada konferensi pers itu Netanyahu lalu menyajikan peta kontroversial yang menunjukkan Pendudukan Israel di samping Gaza tetapi secara khusus tidak mencantumkan nama wilayah "Tepi Barat"," dikutip dari laporan RNTV, Selasa (3/9/2024).

Ini artinya, Israel sudah secara terbuka menyatakan kalau Tepi Barat adalah bagian dari wilayah teritorial (pendudukan) mereka, tanpa lagi memedulikan sejumlah aturan dan perjanjian internasional soal keberadaan Tepi Barat yang menjadi wilayah teritorial Palestina.

Hal ini menuai kritik yang signifikan dari berbagai kalangan internasional, khususnya mereka yang selama ini memperjuangkan solusi dua negara .

BERITA TERKAIT

Selama konferensi pers, Netanyahu bersumpah kalau Hamas akan "membayar harga yang mahal" atas tindakannya merujuk pada serangan 7 Oktober 2023 silam dan tewasnya para sandera Israel belakangan ini. Sebagai informasi, Hamas secara berulang menyatakan kalau pengeboman tanpa pandang bulu Israel lah yang menyebabkan kematian para sandera mereka.

Pada konferensi pers itu, Netanyahu juga menyoroti pentingnya secara strategis untuk mempertahankan kendali Israel atas Koridor Philadelphia, sebidang tanah sempit di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir.

Netanyahu menggambarkan Koridor Philadelphia sebagai "jalur hidup Hamas untuk senjata."

Ia mengakui adanya perbedaan pendapat internal dalam pemerintahannya mengenai keberadaan militer yang berkelanjutan di koridor ini tetapi bersikeras bahwa hal itu penting bagi keamanan Israel.

Baca juga: Emblem Seragam Tentara IDF di Gaza Gambarkan Peta Israel Raya: Dari Yordania, Saudi, hingga Mesir

Netanyahu mempresentasikan peta rencana pendudukan Israel
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mempresentasikan peta rencana pendudukan Israel. Tak ada nama wilayah Tepi Barat di peta tersebut yang mengindikasikan kalau Israel sudah menganggap West Bank sebagai teritorial mereka, bukan wilayah Palestina.

Reaksi Beragam

Atas pernyataan Netanyahu, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich menyuarakan dukungan kuat untuk Netanyahu, mengadvokasi tindakan tegas terhadap musuh-musuh Israel dan menekankan perlunya melenyapkan Hamas untuk memastikan keselamatan warga Israel.

Adapun Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir juga mendukung Netanyahu, dengan alasan kalau sudah waktunya untuk mengintensifkan tekanan militer terhadap Hamas untuk mengamankan kemenangan yang menentukan.

Sebaliknya, mantan Menteri Pertahanan Benny Gantz mengkritik penanganan Netanyahu terhadap agresi IDF tersebut ke Gaza dan Tepi Barat.

Ia menuduh pemerintah Israel gagal mencapai target perang, termasuk mengembalikan tawanan yang ada di tangan Hamas secara aman.

Gantz meminta Netanyahu untuk mundur, dengan menunjukkan bahwa kepemimpinan baru diperlukan untuk mengatasi tantangan yang sedang berlangsung.

"Partai Persatuan Nasional yang menaungi Gantz juga menuduh Netanyahu menyesatkan publik tentang tujuan perang, dengan mencatat bahwa Netanyahu sebelumnya telah menolak tuntutan untuk memprioritaskan pengembalian penduduk utara ke rumah mereka," tulis laporan RNTV.

Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid juga mengkritik Netanyahu.

Ia mempertanyakan komitmen Netanyahu untuk mempertahankan kendali atas Koridor Philadelphia, yang menyiratkan bahwa kelambanannya sejak dimulainya agresi menyoroti kegagalan pribadi.

PEMUKIMAN ILEGAL - Pemukiman warga Yahudi Israel di Tepi Barat. Pemukiman di wilayah pendudukan Palestina adalah ilegal menurut hukum internasional dan telah dikutuk oleh PBB.
PEMUKIMAN ILEGAL - Pemukiman warga Yahudi Israel di Tepi Barat. Pemukiman di wilayah pendudukan Palestina adalah ilegal menurut hukum internasional dan telah dikutuk oleh PBB. (Tangkap Layar/Foto File: Ilan Rosenberg/Reuters)

Visi Pendudukan Penuh Israel atas Tanah Palestina

Penyajian peta yang mengecualikan nama wilayah Tepi Barat oleh Netanyahu telah ditafsirkan oleh sebagian orang sebagai tanda niatnya untuk menduduki sepenuhnya wilayah Palestina, termasuk Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Hal ini telah memicu kekhawatiran internasional, terutama mengingat kurangnya referensi terhadap resolusi internasional yang telah lama berlaku mengenai wilayah-wilayah ini.

Duta Besar Palestina untuk Inggris, Husam Zomlot, bereaksi keras terhadap peta tersebut, dengan mempertanyakan, "Di mana Tepi Barat pada peta ini? Perdana Menteri Israel memperjelas bahwa tujuan Israel adalah untuk menghapus orang-orang Palestina dan merebut apa yang tersisa dari tanah kami! Bayangkan jika seorang politisi Palestina melakukan ini."

Menanggapi perkembangan ini, Netanyahu menegaskan kembali kalau tiga dari empat tujuan perang Israel adalah: melenyapkan Hamas, mengamankan kembalinya para tawanan, dan menetralisir ancaman masa depan dari Gaza - bergantung pada upaya mempertahankan kendali atas Koridor Philadelphia dan penyeberangan Rafah.

Satu-satunya tujuan yang tidak terkait langsung dengan strategi ini, katanya, adalah pengembalian yang aman bagi penduduk Israel utara ke rumah mereka. 

Agresi IDF di Tepi Barat Tertuang dalam Buku Netanyahu

Terkait operasi militer besar-besaran yang dilakukan tentara Israel di Tepi Barat, pakar militer dan ahli strategi asal Yordania, Mayor Jenderal Fayez Al-Duwairi mengatakan kalau itu merupakan terjemahan dari visi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang ditulis dalam bukunya “A Place Under the Sun.”

Dalam bukunya ini, menurut Netanyahu, “negara Yahudi murni” harus berada di wilayah Palestina mulai dari Sungai Yordan hingga Laut Mediterania.

Baca juga:  From The River to The Red Sea, Bara Hamas ke Israel Bakar Hegemoni AS di Kawasan

Dalam buku itu, Netanyahu menyebut kalau minoritas Palestina yang tersisa di wilayah ini harus menerima hidup di bawah kedaulatan Israel atau pindah ke tempat lain, seperti diulas Khaberni, Jumat (30/8/2024).

 Al-Duwairi menilai operasi tersebut juga merupakan terjemahan literal dari apa yang diusulkan Komandan Distrik Militer Pusat tentara Israel, Avi Plaut, beberapa pekan lalu.

Saat itu, Plaut menyerukan manuver operasional di wilayah utara Tepi Barat, serupa dengan yang terjadi di Jalur Gaza.

Baca juga: Tepi Barat Jadi Gaza Part 2, IDF Ultimatum Warga Tulkarm untuk Pergi dalam 4 Jam, Mau Serbu RS Jenin

Namun pakar militer tersebut menunjukkan perbedaan kondisi di antara kedua wilayah tersebut, karena Gaza tidak mengalami kehadiran pendudukan Israel selama lebih dari dua dekade.

"Dan hal ini memungkinkan wilayah tersebut (Gaza) membangun basis perlawanan yang kuat," katanya.

Baca juga: Operasi Lembah Yordan Tewaskan Tentara Israel, Qassam: IDF akan Diburu Hingga ke Gang di Tepi Barat

Pasukan Israel melakukan serbuan ke kota-kota di Tepi Barat bagian utara, termasuk Jenin, Tubas, dan Tulkarm dalam sebuah operasi militer terbesar dalam 22 tahun terakhir sejak 2002 silam ke wilayah Palestina tersebut, Rabu (28/8/2024).
Pasukan Israel melakukan serbuan ke kota-kota di Tepi Barat bagian utara, termasuk Jenin, Tubas, dan Tulkarm dalam sebuah operasi militer terbesar dalam 22 tahun terakhir sejak 2002 silam ke wilayah Palestina tersebut, Rabu (28/8/2024). (tc/tangkap layar)

Misi Israel di Tepi Barat

Dia menjelaskan kalau tentara pendudukan Israel memfokuskan operasinya di Tepi Barat pada 3 kamp Palestina, Jenin, Tulkarm, dan Tubas.

"Karena mereka (tiga kamp ini) adalah pusat kehadiran pejuang perlawanan Palestina," kata pakar tersebut menganalisis strategi Israel.

Tujuan IDF dalam operasi militer besar-besaran ini adalah penghancuran infrastruktur perlawanan, katanya.

"Selain itu ada aspek yang tidak diumumkan, yang merupakan implementasi rencana rahasia Menteri Keuangan sayap kanan Israel, Bezalel Smotrich, untuk memperkuat kendali Israel atas wilayah Tepi Barat yang diduduki dan membatalkan segala upaya menjadi bagian dari negara Palestina," katanya.

Para petempur Brigade Al-Quds, sayap militer gerakan PIJ yang berada di Tulkarm dan Jenin (Batalyon Tulkarm dan Batalyon Jenin) melakukan pembalasan atas kematian Muhammad Jaber alias Abu Shuja karena serangan militer besar-besaran Tentara Israel di Tepi Barat bagian Utara sejak Rabu (28/8/2024).
Para petempur Brigade Al-Quds, sayap militer gerakan PIJ yang berada di Tulkarm dan Jenin (Batalyon Tulkarm dan Batalyon Jenin) melakukan pembalasan atas kematian Muhammad Jaber alias Abu Shuja karena serangan militer besar-besaran Tentara Israel di Tepi Barat bagian Utara sejak Rabu (28/8/2024). (khaberni)

Dari Jenin hingga Hebron Mendukung Milisi Perlawanan

Mengenai sejauh mana dukungan penduduk Palestina Tepi Barat terhadap milisi perlawanan, Al-Duwairi mengakui sulitnya melakukan survei untuk mengkonfirmasi hal ini, namun ia yakin bahwa lebih dari 80 persen penduduk Tepi Barat, mulai dari Jenin dan Tulkarm di utara hingga Hebron di selatan merupakan inkubator sosial yang kuat bagi perlawanan.

Al-Duwairi menunjukkan kalau faksi milisi perlawanan di Tepi Barat punya tantangan sangat berat.

"Pasukan pendudukan Israel adalah hambatan pertama bagi kerja perlawanan, diikuti oleh kendali Otoritas Palestina, yang memiliki lebih dari 75.000 polisi dan personel keamanan di seluruh Tepi Barat," katanya.

Baca juga: Hamas Tuduh Otoritas Palestina dan Fatah Bekerja Sama dengan Israel, Perang Saudara di Tepi Barat?

Mengenai perkembangan kemajuan operasi militer IDF di Jalur Gaza, Al-Duwairi mengatakan bahwa pendudukan mengumumkan masuknya operasi tahap ketiga di semua wilayah kecuali Rafah, yang masih dalam tahap pertama.

Tahap pertama berarti pengerahan pasukan infanteri dalam skala besar, sementara tahap ketiga lebih pada operasi yang melibatkan sasaran tertentu dengan melibatkan intelijen dan lazimnya penggunaan serangan udara. 

"Dia menjelaskan kalau pendudukan melakukan penyerbuan “dalam waktu dan tempat” di wilayah Khan Yunis, Deir al-Balah, pinggiran kamp, ​​​​dan Kota Gaza," tulis laporan Khaberni mengutip penjelasan AL-Duwairi.

Narasi Israel Raya, Penulis Zionis: Perbatasan Israel akan Meluas hingga Mekkah, Madinah, dan Gunung Sinai

Penjelasan Al-Duwairi di atas secara langsung mengingatkan pada narasi pembentukan Israel Raya yang sering digaungkan entitas Zionis Israel.

Beberapa waktu lalu, sebuah klip video yang beredar di media sosial dilaporkan menunjukkan pernyataan penulis Israel, Avi Lipkin yang memperkirakan kalau perbatasan Israel akan terbentang dari Lebanon hingga Arab Saudi.

Penulis zionis itu menggambarkannya sebagai “Gurun Besar” yang membentang dari Mediterania hingga Efrat.

Video Klip yang menggambarkan wilayah yang dicita-citakan Zionis bertajuk “Israel Raya” itu telah memicu kemarahan publik secara luas.

Baca juga: Wacana Israel Raya Menggema, Anak Netanyahu: Yordania adalah Palestina, Palestina Adalah Yordania

“Dan siapa yang ada di seberang Sungai Eufrat?” tanya Lipkin dalam video tersebut.

“Kurdi. Dan Kurdi adalah teman. Jadi, kita punya Mediterania di belakang kita dan Kurdi di depan kita… Lebanon, yang benar-benar membutuhkan payung perlindungan Israel, dan kemudian kita akan mengambil alih, saya yakin kita akan mengambil Mekkah, Madinah, dan Gunung Sinai, dan sucikan tempat-tempat itu,” kata Avi Lipkin.

Video klip itu langsung menjadi perbincangan dan memancing kemarahan publik luas.

Salah satu komentar di X (dulu twitter), menyebut kalau 'Israel Raya' memang telah menjadi tujuan politik Zionisme sejak awal.

“Setelah Gaza dan Hizbullah, tidak akan sulit bagi Israel. Arab Saudi, Mesir, Suriah, Lebanon, dan Yordania tidak akan menimbulkan kesulitan karena Israel dapat dengan mudah menggulingkan rezim di negara-negara tersebut, dan menguasai tanah mereka akan mudah setelah menyebarkan budaya normalisasi dan penerimaan terhadap Israel. Tidak ada yang akan melawan Israel seperti Gaza dan Hizbullah yang menolaknya,” tulis komentar lain di X seperti dilansir Memo dikutip Kamis (11/1/2024).

Istilah “Israel Raya” mengacu pada perluasan wilayah dan kedaulatan Israel untuk mencakup apa yang oleh banyak orang Israel digambarkan sebagai tanah bersejarah mereka dalam kitab suci mereka.

Bagi mereka, ini termasuk wilayah Palestina yang diduduki dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki, serta wilayah yang digambarkan oleh Lipkin.

Rencana Zionis untuk Timur Tengah, kata jurnalis Israel Oded Yinon, didasarkan pada visi pendiri Zionisme yang atheis, Theodor Herzl, yaitu Israel akan mencaplok sebagian besar wilayah Lebanon, Suriah, Yordania, Irak, Mesir, dan Arab Saudi.

"Israel akan membentuk sejumlah negara proksi untuk memastikan dominasinya di kawasan," tulis ulasan tersebut.

(oln/RNTV/Memo/*)

 
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas