Video Hamas soal Nasib Sandera Israel: Netanyahu Ingin Peti Mati Baru Setiap Hari
Hamas merilis video terbaru soal nasib sandera Israel. Hamas sebut Netanyahu ingin peti mati baru setiap hari karena agresi terus berlanjut di Gaza.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Gerakan Hamas menerbitkan video terbaru yang memperingatkan pemerintah Israel untuk segera menyetujui kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan.
Hamas menegaskan nasib sandera Israel yang masih hidup bergantung pada penghentian perang di Jalur Gaza.
"Jika perang berhenti, para tahanan akan kembali hidup," kata Hamas dalam video yang dipublikasikan Rabu (4/9/2024).
"Jika agresi terus berlanjut, nasib mereka masih belum diketahui,” lanjutnya, dikutip dari Al Arabiya.
Selain itu, Hamas menilai jika Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, terus berkuasa mungkin akan ada peti mati baru, yang merujuk pada kematian para sandera di Jalur Gaza.
Peringatan ini muncul beberapa hari setelah militer Israel menemukan enam mayat sandera di dalam terowongan di Rafah, Jalur Gaza selatan pada Sabtu (31/8/2024).
Identitas enam mayat tersebut adalah Alex Lobanov, Eden Yerushalmi, Almog Sarusi, Sersan Kepala Ori Danino, Hersh Goldberg-Polin, dan Carmel Gat, seperti diberitakan BBC.
Militer Israel menuduh Hamas membunuh mereka dengan peluru di kepala, berdasarkan hasil autopsi yang diumumkan oleh Kementerian Kesehatan Israel pada Minggu (1/9/2024).
Netanyahu Halangi Perundingan Gencatan Senjata
Hamas berulang kali menganggap Netanyahu sengaja menghalangi perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang ditengahi oleh Mesir, Qatar, dan sekutu Israel, Amerika Serikat (AS).
Perundingan kesepakatan tersebut mencakup penghentian pertempuran di Jalur Gaza, pertukaran tahanan, pengiriman bantuan kepada warga Palestina, pemulangan pengungsi Palestina ke rumah mereka hingga penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza.
Baca juga: Part 2: Video Curhatan Sandera Israel sebelum Ditemukan Tewas di Jalur Gaza
Sementara itu, Netanyahu bersikeras bahwa Israel harus tetap mengendalikan koridor Philadelphia, perbatasan sepanjang 14,5 kilometer antara Sinai, Mesir dan Rafah, Jalur Gaza.
Netanyahu mengklaim koridor Philadelphia yang sebelumnya dikendalikan Mesir adalah jalur penyelundupan senjata yang digunakan oleh Hamas.
Mesir yang didukung oleh Qatar, menolak tuduhan Israel dan mengecam Netanyahu yang bersikeras tetap menduduki koridor Philadelphia dengan menempatkan tentara Israel di sana sejak Mei lalu.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 40.819 jiwa dan 94.291 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (4/9/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Quds.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 109 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel