Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

AS Serukan Pilpres Aman, Imbau Pemilih Pisahkan Fakta dari Fiksi

Dua bulan lagi Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) akan digelar, tepatnya 5 November 2024 mendatang.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in AS Serukan Pilpres Aman, Imbau Pemilih Pisahkan Fakta dari Fiksi
Kolase Tribunnews.com
Dua bulan lagi Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) akan digelar, tepatnya 5 November 2024 mendatang. Dari atas: Calon Presiden Partai Republik Donald Trumo dan Calon Wakil Presiden JD Vance. Dari bawah: Calon Presiden Partai Demokrat Kamala Harris dan Calon Wakil Presiden Tim Walz. 

Mereka juga menekankan bahwa tidak ada satu pun sistem pencatatan suara yang terhubung ke internet.

Sekitar 97 persen pemilih AS akan memberikan suara di yurisdiksi yang memiliki surat suara sebagai cadangan.

Akan tetapi, tampaknya semua upaya itu tidak akan menghentikan negara-negara seperti Rusia, Iran, dan China dalam upaya meyakinkan pemilih bahwa terdapat sesuatu yang tidak beres.

Easterly mengatakan salah satu kekhawatiran terbesarnya adalah bahwa musuh-musuh AS akan menggambarkan masalah kecil sebagai skandal besar.

“Hampir tidak dapat dihindari bahwa di suatu tempat di seluruh negeri, seseorang akan lupa membawa kunci untuk membuka lokasi pemungutan suara,” ucapnya.

“Seseorang akan mencabut kabel printer untuk memasang panci listrik crockpot. Atau badai dapat menyebabkan listrik padam di TPS.”

Penjahat siber bahkan mungkin menemukan cara untuk menonaktifkan sementara apa yang oleh para pejabat digambarkan sebagai sistem yang berdekatan dengan pemilu, termasuk situs web lembaga negara bagian dan lokal yang mencatat dan menghitung suara.

Operasi Disinformasi China

Berita Rekomendasi

Secara terpisah, Graphika, sebuah perusahaan analisis media sosial belum lama ini merilis laporan, memperingatkan bahwa operasi disinformasi terkait China – yang dikenal sebagai “Spamouflage” – telah berkembang semakin agresif.

Graphika mengatakan telah mengidentifikasi lebih dari selusin akun di platform X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, dan di TikTok yang “mengklaim sebagai warga negara AS dan/atau pendukung perdamaian, hak asasi manusia, dan integritas informasi yang berfokus pada AS yang frustrasi oleh politik Amerika Serikat dan Barat.”

Kesimpulan Graphika tampaknya konsisten dengan kajian Meta, perusahaan induk media sosial Facebook dan Instagram, ketika pertama kali mengidentifikasi upaya tersebut tahun lalu.

“Meskipun jumlah akun dan platform yang digunakan sangat besar, Spamouflage secara konsisten kesulitan untuk melampaui ruang gema [palsu] miliknya sendiri,” ungkap Meta ketika itu.

“Hanya beberapa contoh yang dilaporkan ketika konten Spamouflage di Twitter dan YouTube disebarluaskan atau diperkuat oleh para pemengaruh di dunia nyata.”

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas