IDF Sebut Tak Ada Kekerasan Fisik pada 6 Mayat Sandera Israel yang Ditemukan di Rafah
Tentara Israel (IDF) sebut tak ada kekerasan fisik pada 6 mayat sandera Israel yang ditemukan di Rafah, Jalur Gaza selatan pada 31 Agustus lalu.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan tidak ada jejak kekerasan fisik yang ditemukan pada tubuh enam sandera yang ditemukan tewas di dalam terowongan di kota Rafah di Jalur Gaza selatan pada Sabtu (31/8/2024).
Namun, mereka mengklaim ada luka pertahanan yang ditemukan di tubuh mereka.
Sumber yang meninjau hasil autopsi enam mayat sandera mengatakan mereka terkena peluru di kepala dan kondisi fisik mereka tidak stabil, namun mereka tidak dalam kondisi kurus atau lemah karena kelaparan, menurut laporan Haaretz.
"Mereka tidak dapat berdiri di dalam terowongan dan ditemukan luka pertahanan di tubuh mereka," kata tentara Israel kepada keluarga para sandera tentang kondisi terowongan tempat mereka ditahan.
Tentara Israel memperkirakan mereka dibunuh sekitar 24 atau 48 jam sebelum mayat mereka ditemukan.
"Meskipun kondisi jenazahnya sulit, anggota keluarga menyadari bahwa penyebab kematian mereka adalah peluru perlawanan di Gaza," lapor Haaretz, Senin (9/9/2024).
Makanan sehat, generator listrik, dan senter ditemukan di tempat mereka berada.
Selain itu, terdapat lubang ventilasi, tetapi sistem ventilasi tidak terorganisir, selain papan catur dan botol sampo, yang menunjukkan mereka sudah lama berada di terowongan itu, menurut surat kabar Haaretz.
Juru bicara militer Brigade Al-Qassam, Abu Ubaida, mengungkap instruksi baru yang diberikan kepada para penjaga sandera di Jalur Gaza setelah militer Israel menemukan enam mayat sandera di Rafah.
Brigade Al-Qassam menerbitkan sebuah foto yang menunjukkan salah satu pejuangnya memegang pistol di tangannya di depan seorang tahanan.
"Tekanan militer sama dengan kematian dan kegagalan," tulis Brigade Al-Qassam pada bagian bawah foto yang dirilis pada Senin (2/9/2024).
Baca juga: Israel Rilis Hasil Autopsi 6 Mayat Sandera, Tim Forensik: Ada Bekas Peluru dan Luka
Abu Ubaida menegaskan Brigade Al-Qassam akan menerapkan aturan itu setelah pembantaian yang dilakukan Israel di kamp Nuseirat, Jalur Gaza tengah pada 8 Juni lalu.
Israel membunuh 274 warga Palestina dalam serangannya di kamp Nuseirat untuk membebaskan empat sandera; Noa Argamani (25), Almog Meir Jan (21), Andrei Kozlov (27), dan Shlomi Ziv (40).
"Kami mengatakan kepada semua orang dengan jelas, bahwa setelah insiden Nuseirat, instruksi baru dikeluarkan kepada mujahidin yang ditugaskan untuk menjaga para tahanan mengenai penanganan mereka, jika tentara pendudukan mendekati tempat penahanan mereka," kata Abu Ubaida dalam video di akun Telegram Brigade Al-Qassam.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 40.988 jiwa dan 94.825 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (10/9/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Xinhua.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 109 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel