Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Strategi Merebus Katak, Cara Iran Membalas Kematian Ismail Haniyeh, Menguras Kemampuan Israel dan AS

Strategi pembalasan Iran yang sabar dengan terus meningkatkan tekanan terhadap Tel Aviv dengan mengeksploitasi kerentanan militer dan ekonomi Israel.

Penulis: Malvyandie Haryadi
zoom-in Strategi Merebus Katak, Cara Iran Membalas Kematian Ismail Haniyeh, Menguras Kemampuan Israel dan AS
AFP/Nur Photo
Bendera Iran dan Israel. Sejak pembunuhan Israel terhadap Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh di kota Teheran pada akhir Juli, spekulasi telah berkembang tentang bagaimana Iran akan membalas secara strategis. 

Misalnya, blokade Laut Merah menyebabkan penurunan 85 persen dalam lalu lintas pengiriman di pelabuhan Israel Eilat, menurut CEO-nya, Gideon Golbert.

Penurunan tajam dalam perdagangan ini menyebabkan kerugian finansial yang signifikan, yang pada akhirnya memaksa pelabuhan tersebut bangkrut dan ditutup.

Blokade ini, bersama dengan serangan terhadap kapal-kapal Israel, merupakan ancaman besar tidak hanya bagi Israel tetapi juga bagi perdagangan global melalui salah satu koridor laut terpenting di dunia.

Pergeseran Iran dari posisi diplomatik ke militer

Setelah pembunuhan Haniyeh, Israel berusaha membebaskan menyebut peristiwa itu sebagai operasi keamanan rahasia, tetapi Iran melihatnya sebagai tindakan agresi militer terbuka yang melanggar kedaulatannya dan menuntut pembalasan.

Pakar urusan Iran Ahmed Farouk mengatakan kepada The Cradle bahwa meskipun Iran harus mempertimbangkan dampak geopolitik yang lebih luas dalam tanggapannya, diplomasi mungkin memainkan peran yang lebih besar dalam jangka pendek dan menengah.

Dalam jangka panjang, postur militer Teheran dapat berubah secara signifikan, terutama dengan potensi pencegahan nuklir yang menjadi fokus yang lebih tajam.

Berita Rekomendasi

Keluarnya Iran dari ambiguitas seputar program nuklirnya dan kemajuannya menuju kemampuan nuklir dapat mengubah dinamika strategis kawasan tersebut.

Salah satu skenario paling berbahaya bagi negara pendudukan (Israel) adalah kemungkinan bahwa tanggapan Iran dapat melibatkan semua sekutu regionalnya dalam konflik multi-front yang terkoordinasi dan berkepanjangan.

Dengan perpecahan internal yang tumbuh dalam lembaga politik dan militer Israel, khususnya mengenai pemukiman Yahudi utara yang berbatasan dengan Lebanon, selain penolakan keras pemerintah untuk mencapai perjanjian gencatan senjata dengan Hamas, situasinya menjadi semakin genting.

"Perjuangan Israel yang berlarut-larut di Gaza, yang kini mendekati tahun pertamanya, gagal menghasilkan kemenangan strategis yang signifikan sementara negara pendudukan itu terhuyung-huyung akibat jatuhnya korban, kecaman global, dan meningkatnya ketidakpuasan penduduknya terhadap perang," ujar Farouk.

Tekanan internal ini, ditambah dengan ancaman eskalasi eksternal, mendorong Israel menuju titik kritis.

Sentimen yang tersebar luas di antara orang Israel adalah bahwa mereka tidak dapat lagi bertahan hidup di bawah ancaman serangan terus-menerus, baik dari selatan maupun utara, atau bahkan prospek pemadaman listrik yang meluas.

Dan setiap hari yang berlalu tanpa pembalasan Iran, tekanan itu hanya meningkat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas