Ribuan Pager Hizbullah Meledak Bersamaan, Ini 4 Hal yang Perlu Diketahui
Berikut 4 hal yang perlu diketahui mengenai insiden ledakan pager milik ribuan militan Hizbullah.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Bobby Wiratama
Dua foto yang dipublikasikan di media sosial memperlihatkan panel belakang pager yang hangus dan hancur dengan tulisan “GOLD” di atas nomor model, “AR-9.”
Desain teks tersebut cocok dengan yang terpampang di bagian belakang model pager “AR-924” yang diproduksi oleh Gold Apollo Co., yang menggunakan baterai lithium.
Gold Apollo, yang berkantor pusat di Taiwan, adalah salah satu produsen utama pager di dunia.
“Ini tampaknya merupakan serangan rantai pasokan fisik terluas dalam sejarah,” kata Dmitri Alperovitch, ketua Silverado Policy Accelerator, sebuah lembaga pemikir keamanan nasional.
2. Mengapa anggota Hizbullah menggunakan pager?
Pada bulan Juli, Reuters melaporkan bahwa Hizbullah menggunakan pager dalam beberapa bulan terakhir untuk berkomunikasi.
Penggunaan ponsel di medan perang dilarang karena khawatir Israel dapat menggunakannya untuk melacak dan memantau para pejuang.
Pager tidak memiliki kamera atau mikrofon, sehingga tidak terlalu berisiko bagi orang-orang yang khawatir tentang pengawasan, kata Harding.
3. Bisakah Israel melancarkan serangan seperti itu?
Unit 8200 IDF, yang terdiri dari ribuan tentara, mengembangkan teknologi untuk mengumpulkan intelijen dan memantau target militer.
Para veteran unit tersebut sering bekerja di perusahaan keamanan siber terkemuka atau mendirikan perusahaan rintisan mereka sendiri.
Israel juga telah menggunakan data ponsel untuk memantau pergerakan orang-orang di Gaza selama perang.
Militer dan badan mata-mata Israel lawan mereka dari jauh selama beberapa dekade.
Baca juga: Lebanon Tutup Semua Sekolah usai Ledakan Pager Hizbullah yang Tewaskan 9 Orang dan Ribuan Terluka
Teknologi telah memainkan peran utama dalam beberapa serangan.
Namun, serangan pager belum pernah terjadi sebelumnya.
Hal ini menimbulkan pertanyaan hukum baru tentang kepatuhan Israel terhadap hukum internasional, kata Tal Mimran, direktur akademis Forum Hukum Internasional di Universitas Hebrew dan mantan penasihat hukum IDF.