Sergapan Al Qassam Tewaskan 4 IDF Termasuk Wanita Tentara Saat Israel Klaim 4 Batalyon Hamas Hancur
Penyergapan Hamas menewaskan empat tentara Israel; termasuk pejuang wanita pertama sejak 7 Oktober. Klaim Hamas sudah hancur hanya kebohongan Israel
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom

Krisis personel ini, kata dia, mendorong tentara pendudukan Israel untuk 'menyerang' kelompok ultra-Ortodoks, yang mendapat pengecualian dari dinas militer.
"Setelah cara itu tak ampuh, mereka sekarang mulai merekrut pencari suaka dari Afrika," kata dia.
Kondisi ini, kata Abu Zaid berbeda dari situasi di pihak milisi perlawanan Palestina, di mana mereka mampu merehabilitasi kekuatan dengan merekrut kembali ratusan petempur baru di garis depan pertempuran.
"Hal ini diperkuat oleh salah satu klip video perlawanan, yang menunjukkan kalau para jenderal pendudukan Israel menjadi pihak yang paling sadar akan besarnya kerugian yang ditimbulkan, sehingga suara mereka digaungkan dengan menuntut perlunya menghentikan operasi di Gaza dan mengambil jalur diplomatik," kata Abu Zaid.
IDF Hadapi Dilema
Media Israel mengutip sumber keamanan Israel mengonfirmasi kalau "Hamas telah berhasil memulihkan kemampuannya di Jalur Gaza utara."
Laporan menunjukkan kalau ada sekitar 3.000 petempur baru Hamas dan "telah melanjutkan operasi di Jalur Gaza utara dan secara aktif bekerja untuk meningkatkan kemampuan operasional organisasi."
Baca juga: Media Israel: Hamas Pulihkan Kekuatan, Merekrut 3.000 Petempur Baru
Perkiraan ini menunjukkan kalau hal tersebut menunjukkan perekrutan anggota baru Hamas dalam beberapa bulan terakhir, dan bukan perpindahan petempur dari bagian selatan ke bagian utara Jalur Gaza.
Atas hal tersebut, pejabat senior di lembaga keamanan dan militer Israel telah menyatakan kalau serangan skala besar ke Jalur Gaza utara menjadi hal yang tak terelakkan.
Baca juga: Divisi David, 40 Ribu Prajurit Baru Tentara Israel Buat Perang Multi-Front di Tengah Krisis Personel

Bukan Hamas yang Runtuh, Melainkan Israel
Dalam sebuah artikel berjudul "Bukan Hamas yang runtuh, melainkan Israel," yang diterbitkan di Haaretz, Brigadir Jenderal pensiunan tentara Israel (IDF) Yitzhak Brik memberikan penilaian kritis terhadap pertempuran yang sedang berlangsung di Jalur Gaza. Ia menggarisbawahi kerugian yang signifikan dan terus meningkat yang dihadapi Israel.
Hal itu dia nyatakan dengan menyebut kalau perang Gaza justru memberikan dampak yang jauh lebih besar pada Israel sendiri daripada pada Hamas.
Ia berpendapat kalau para prajurit IDF kelelahan dan kehilangan keterampilan mereka karena kurangnya pelatihan; terutama karena banyak yang meninggalkan kursus mereka sebelum menyelesaikannya.
"Beberapa pihak berpendapat bahwa menarik pasukan militer dari Gaza setelah menandatangani kesepakatan penyanderaan dengan Hamas sama saja dengan kalah dan menyerah... Klaim ini didasarkan pada kesalahpahaman mendasar tentang apa yang terjadi di Jalur Gaza," kata Brik.
"Klaim ini dipicu oleh klise yang disebarkan oleh eselon politik dan militer untuk membenarkan tindakan mereka dan mendapatkan dukungan publik serta legitimasi untuk melanjutkan perang yang gagal... orang-orang yang sama yang menyatakan bahwa penghentian permusuhan berarti kekalahan dan penyerahan diri kitalah yang membawa militer semakin dekat ke kehancuran dan negara ke kejatuhannya," tambahnya.
Baca juga: Analis Militer Israel: IDF Tempur di Multi-Front dengan Tentara yang Ngos-ngosan di Gaza dan Lebanon

Disarankan Mundur dari Gaza
Ia menunjukkan perlunya memusatkan pasukan pendudukan Israel di sektor lain, yaitu di utara dan Tepi Barat karena eskalasi yang sedang berlangsung.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.