Geram dengan Tragedi di Lebanon, Akankah Iran Tanggapi Serangan Israel?
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian geram dengan Israel setelah menyerang pinggiran Kota Beirut, Lebanon. Akankah Iran tanggapi serangan Israel tersebut?
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Iran, Masoud Pezeshkian angkat bicara setelah Israel menyerang pinggiran Kota Beirut, Lebanon.
Masoud Pezeshkian mengatakan, serangan yang dilakukan Israel di Lebanon adalah "kejahatan perang yang jelas".
Serangan yang dilancarkan oleh rezim Zionis, kata Pezeshkian, jelas merupakan kejahatan perang.
"Republik Islam akan mendukung Lebanon dan perlawanan dalam menghadapi rezim Zionis," kata Pezeshkian, dikutip dari IRNA.
Ia menilai kejahatan rezim Zionis terhadap rakyat Palestina dan Lebanon merupakan tanda keputusasaan masyarakat internasional untuk menghentikan mesin terorisme negara.
Pezeshkian juga menyerukan kepada negara-negara di dunia, terutama negara-negara Islam, untuk mengutuk keras kejahatan tersebut.
"Saya turut berduka cita, rakyat Lebanon yang terkasih dan berbangga atas perlawanan," ungkapnya.
Lalu, apakah Iran akan menanggapi serangan Israel di Lebanon?
Pakar urusan Israel, Jackie Khoury percaya posisi Iran akan menentukan jalannya tahap selanjutnya.
Dia menunjukkan upaya tanggapan dari Iran telah menjadi masalah Israel sejak pembunuhan pemimpin Gerakan Perlawanan Islam Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran.
Khoury menunjukkan, dalam sebuah wawancara dengan Al Arabi TV dari Haifa, menargetkan wilayah pinggiran selatan akan memberikan tekanan pada tingkat opini publik Lebanon dan Arab.
Baca juga: Takut Diserang Hizbullah, Angkatan Udara Israel Jegal Pengiriman Senjata Iran ke Lebanon
Namun Khoury yakin ada pertimbangan yang menjadi faktor dalam perhitungan internal Iran.
"Apakah Iran ingin memasuki konfrontasi pada tahap ini? Akankah Hizbullah melangkah lebih jauh dari itu?" kata Khoury, dikutip dari Al Araby.
Khoury tidak mengesampingkan Israel akan menyajikan skenario untuk mengubah pinggiran selatan menjadi Jalur Gaza kedua.