PM Najib Mikati Siap Kirim Tentara Lebanon ke Selatan Sungai Litani, Berharap Israel Mundur
Perdana Menteri sementara Lebanon, Najib Mikati, siap mengirim tentara Lebanon ke selatan Sungai Litani, berharap Israel mundur dari Lebanon.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri sementara Lebanon, Najib Mikati, menegaskan kesiapan negaranya untuk menerapkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 dan persyaratan pengiriman tentara Lebanon ke selatan Sungai Litani.
“Kami mengonfirmasi kesepakatan kami dan berjanji untuk segera menerapkan gencatan senjata dengan Israel, dan kami siap mengirim tentara Lebanon ke selatan Sungai Litani," kata Najib Mikati mengatakan dalam konferensi pers dari kantor pusat pemerintah di Beirut, Lebanon, pada Senin (30/9/2024).
Dia menekankan dalam pertemuan dengan Ketua Parlemen, Nabih Berri, tentang perlunya memilih presiden Republik Lebanon dengan persetujuan semua orang.
"Nabih Berri menegaskan segera setelah gencatan senjata, dia akan menyerukan pemilihan presiden republik berdasarkan kesepakatan," kata Najib Mikati.
Najib Mikati menyimpulkan akan meminta negara-negara donor untuk membantu Lebanon.
Selama berhari-hari, Israel berulang kali menyatakan tentang kemungkinan melancarkan operasi darat di Lebanon selatan dengan dalih pembentukan zona penyangga keamanan.
Untuk menerima gencatan senjata, Menteri Luar Negeri Israel, Yisrael Katz menulis dalam surat yang ditujukan kepada rekan-rekannya di 25 negara, di mana ia menetapkan Hizbullah harus pindah ke utara Sungai Litani dan dilucuti, menurut KAN pada hari Senin.
Sejak Senin (23/9/2024), Israel telah melancarkan serangan paling kejam dan meluas di Lebanon sejak konfrontasi dengan Hizbullah yang dimulai 8 Oktober 2023.
Serangan sejak Senin pekan lalu menewaskan lebih dari 923 orang dan melukai lebih dari 2.715 lainnya.
Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, dan komandan front selatan, Ali Karaki, terbunuh dalam serangan udara Israel di distrik Dahiya, pinggiran selatan Beirut, Lebanon, Jumat (27/9/2024).
Israel kembali melancarkan serangan pada Minggu (29/9/2024), yang membunuh Wakil Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah, Nabil Qaouk.
Baca juga: Tubuhnya Utuh, Hassan Nasrallah Diduga Tewas karena Gas Beracun Israel
Pada Senin (30/9/2024) pagi, Israel meluncurkan serangan di jantung Kota Beirut yang menyebabkan terbunuhnya tiga anggota Front Populer untuk Pembebasan Palestina, seperti diberitakan Al Arabiya.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.
Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.586 jiwa dan 96.210 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Sabtu (28/9/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Jazeera.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel