Begini Cara Israel Menyusup ke Hizbullah Lewat Perang Suriah, sebelum Bunuh Hassan Nasrallah
Begini cara Israel menyusup ke Hizbullah lewat perang Suriah yang berujung pada pembunuhan Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Financial Times melaporkan Israel meretas setiap peralatan mulai dari remote control TV hingga kamera keamanan.
"Setelah Israel menentukan identitas seorang anggota Hizbullah, pola perilaku sehari-harinya dimasukkan ke dalam database yang kemudian diambil datanya, dari mobil dan lokasinya, serta dari ponsel istrinya," menurut laporan itu.
Para pejabat Israel mengatakan bahkan rekaman keamanan atau suara seorang aktivis yang direkam di dekatnya dapat digunakan oleh Israel.
"Basis data target Israel telah menjadi begitu luas dan terperinci sehingga setiap pusat komando, depot senjata, bunker bawah tanah, atau apartemen tempat tinggal pemimpin senior Hizbullah telah dimasukkan ke dalam sistem, siap untuk segera disingkirkan jika terjadi serangan," kata laporan itu.
Financial Times juga menggambarkan dalam beberapa bulan atau tahun terakhir, intelijen Israel telah memasukkan teknologi yang memungkinkannya, setidaknya sesekali, untuk mengidentifikasi lokasi pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, yang dibunuh Jumat lalu di markas pusatnya.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.
Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.586 jiwa dan 96.210 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Sabtu (28/9/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Jazeera.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel