PM Lebanon Kecam Tuntutan Netanyahu untuk Tarik Mundur Pasukan UNIFIL dari Perbatasan
Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati mengecam keras permintaan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Tiara Shelavie
“Namun ada keputusan bulat untuk tetap bertahan," tegasnya, dikutip dari Al-Arabiya.
Serangan Israel di UNIFIL
Dalam beberapa hari terakhir, Israel terus melancarkan serangan ke maskar besar UNIFIL di Lebanon Selatan.
Pertama kali Israel melancarkan serangan ke UNIFIL adalah pada hari Kamis (10/10/2024).
Tank-tank Israel menembaki pasukan UNIFIL di menara observasi di markas UNIFIL.
Ini mengakibatkan dua pasukan penjaga perdamaian Indonesia terluka.
Kemudian pada hari Jumat (11/10/2024), militer Israel mengakui bahwa pasukannya bertanggung jawab atas sebuah insiden di Naqoura di mana dua tentara Sri Lanka terluka setelah ditembak.
Israel mengatakan bahwa tentara di dekat pangkalan melepaskan tembakan setelah mengidentifikasi adanya ancaman, dan menambahkan bahwa insiden tersebut akan diselidiki, dikutip dari Al Jazeera.
Pada hari yang sama, israel juga melancarkan serangan terpisah di Naqoura.
Ini mengakibatkan seorang pasukan penjaga perdamaian terluka.
"Pria tersebut "menjalani operasi" untuk mengeluarkan peluru dan "saat ini dalam kondisi stabil", kata UNIFIL.
Sebagai informasi, pasukan penjaga perdamaian PBB telah dikerahkan untuk berpatroli di perbatasan Lebanon dengan Israel sejak tahun 1978.
Mandat untuk operasi tersebut dikenal dengan sebutan Pasukan Sementara PBB di Lebanon atau UNIFIL, dikutip dari Asharq Al-Aawsat.
Mandat misi tersebut harus disesuaikan karena invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982 dan setelah penarikan Israel dari Lebanon pada tahun 2000.
Setelah perang tahun 2006, mandat tersebut diperluas dengan Resolusi 1701.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)