Israel Ajukan Tawaran Damai, Berjanji Setop Invasi asalkan Lebanon Sepakati Syarat dari Netanyahu
Israel mengajukan tawaran damai untuk mengakhiri perang di Lebanon. Tawaran ini diungkap oleh utusan khusus AS, yakni Amos Hochstein
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Febri Prasetyo
Merespon serangan tersebut, Netanyahu bersumpah akan melakukan balasan.
Israel dilaporkan menggempur pinggiran selatan Ibu Kota Beirut di Lebanon, Sabtu (19/10/2024), setelah memerintahkan evakuasi penduduk.
Gempuran udara Israel ini adalah serangan pertama dalam tiga hari terhadap benteng utama Hizbullah.
Serangkaian serbuan udara itu dilakukan Israel setelah sebelumnya mengancam akan menyerang "aset ekonomi penting" Hizbullah di Lebanon.
"Angkatan udara akan melancarkan serangan besar-besaran terhadap sasaran di pinggiran selatan Beirut, dengan target aset ekonomi yang terkait dengan Hizbullah," kata Daniel Hagari, juru bicara angkatan darat, dalam konferensi pers.
"Dalam beberapa menit, kami akan mengeluarkan peringatan bagi penduduk di kota pinggiran selatan dan Lembah Bekaa untuk meninggalkan beberapa bangunan yang berlokasi dekat fasilitas Hizbullah," ujar juru bicara militer Avichay Adraee pada X dalam bahasa Arab.
AS Desak Israel Tak Hancurkan Lebanon Seperti Gaza
Terpisah, Pemerintah Amerika Serikat (AS) dibawah kepemimpinan Joe Biden melayangkan peringatan keras kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar tak membuat Lebanon berakhir sama dengan Gaza.
Adapun desakan itu diungkap langsung oleh Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Matthew Miller.
"Saya ingin menegaskan bahwa tidak boleh ada tindakan militer apa pun di Lebanon yang menyerupai Gaza dan meninggalkan hasil yang mirip dengan Gaza," kata Miller, seperti
dikutip The Anadolu.
Desakan dilayangkan Miller di tengah meningkatnya penderitaan yang dialami warga Lebanon setelah Israel melakukan serangan darat di wilayah itu pada 1 Oktober 2024.
Israel diketahui melakukan serangan pertama ke daerah tak berpenghuni dekat Byblos, sebelah utara Beirut.
Negara zionis itu berdalih serangan ditujukan untuk menargetkan situs-situs bawah tanah Hizbullah yang berada di kawasan pemukiman warga sipil
Israel juga mengklaim bahwa mereka menyerang Hizbullah agar bisa memulangkan warganya yang mengungsi ke wilayah utara (perbatasan dengan Lebanon).
Namun, serangan membuat jumlah korban tewas sipil melonjak, mencapai 2.000 orang, termasuk 127 diantaranya anak-anak.
Serangan brutal Israel juga memicu eksodus massal, memaksa lebih dari 400.000 orang meninggalkan negara itu ke Suriah dalam dua pekan terakhir.
Badan-badan kemanusiaan termasuk Badan Pengungsi PBB (UNHCR) menyerukan peringatan tentang bencana kemanusiaan yang mengancam di kedua sisi perbatasan.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)