Harapan AS Bisa Damaikan Israel dengan Hamas dan Hizbullah, Tak Dukung Serangan IDF ke Lebanon
Penasihat Keamanan Nasional AS, John Kirby sebut pihaknya masih menaruh harapan besar bisa terjadi perdamaian antara Israel dengan Hamas dan Hizbullah
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Sri Juliati
"Penting bagi kita untuk mampu maju dan memberikan tanggapan yang konkret," kata seorang pejabat kepresidenan Prancis kepada wartawan menjelang konferensi.
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati dan menteri utama yang terlibat dalam upaya bantuan akan datang, tetapi baik Israel, yang Perdana Menterinya Benjamin Netanyahu mengkritik inisiatif tersebut, maupun Iran tidak diundang.
Paris juga mendesak para aktor Lebanon -- meskipun ada keengganan dari beberapa pihak -- untuk membantu dengan memajukan pemilihan presiden guna mengisi kekosongan kekuasaan selama dua tahun sebelum gencatan senjata.
Apa yang dapat dicapai di bidang politik masih belum jelas, kata para diplomat, meskipun Prancis memuji kontak langsungnya dengan Hizbullah dan Iran sebagai keuntungan penting dibandingkan upaya mediasi AS.
Koordinasi antara Paris dan Washington sangatlah rumit.
Utusan khusus AS, Amos Rothstein berada di Beirut pada hari Senin dan mengatakan bahwa AS sedang menyusun formula untuk mengakhiri perang untuk selamanya.
Pihaknya juga menyarankan bahwa sekadar berkomitmen pada resolusi PBB sebelumnya tidak akan cukup.
Ia tidak menyebutkan Paris, meskipun Rothstein bertemu dengan penasihat diplomatik Presiden Emmanuel Macron pada hari Rabu.
Baca juga: Vaksinasi Polio di Wilayah Gaza Terpaksa Ditunda Akibat Gencarnya Serangan Israel
"Prancis menginginkan gencatan senjata dan yakin bahwa Hizbullah tidak akan dilenyapkan. Prancis tidak ingin kehilangan apa yang telah diinvestasikannya dalam hubungan ini," kata seorang diplomat Timur Tengah.
"AS menginginkan penghancuran Hizbullah dan mendorong Israel untuk bertindak lebih jauh," lanjutnya.
Para pejabat Eropa mengkritik bahwa Washington tidak menyerukan gencatan senjata segera dan khawatir pemerintah tidak akan mengubah posisi itu sebelum pemilu pada tanggal 5 November.
"Tidak jelas apa yang ingin dicapai Prancis dengan (konferensi) ini," kata seorang diplomat Barat.
"Prancis geram dengan AS karena membiarkan operasi Israel berlanjut dan AS ingin menjaga jarak dengan Prancis," ungkapnya.
(Tribunnews.com/Whiesa)