Donald Trump jadi presiden lagi, apakah diaspora Indonesia di AS perlu khawatir?
Kebijakan imigrasi Donald Trump yang ketat pada periode pertamanya sebagai presiden AS turut berdampak terhadap orang Indonesia di…
Dalam salah satu pidatonya, Trump menyebut imigran “meracuni darah negara” dan bertanggung jawab atas kenaikan harga rumah-rumah dan melonjaknya angka kejahatan di AS.
Trump juga berjanji akan mengusir jutaan orang asing yang tak punya dokumen resmi dari AS selama periode keduanya – sesuatu yang disebutnya sebagai deportasi terbesar dalam sejarah AS.
Icha, yang sudah bolak-balik Atlanta dan Indonesia sejak 2017 tetapi baru mulai menetap per 2022, mengaku waswas.
Icha yang tengah mengandung anaknya yang keempat mengakui visa turis yang didapatkannya pada 2017 telah habis masa berlakunya pada 2022.
Karena terganjal permasalahan ekonomi, Icha belum melakukan penyesuaian status alias adjustment of status untuk visanya.
“Penyesuaian status” dalam konteks ini adalah istilah hukum imigrasi AS yang merujuk ke proses mengubah status status visa turis (B-1/B-2) menjadi visa permanen (green card) melalui pernikahan dengan warga negara AS atau pemegang green card.
Artinya, Icha sudah overstay selama dua tahun.
“[Saya] sudah bilang berkali-kali ke suami untuk melakukan adjustment of status sebelum Trump terpilih lagi. Karena kalau Trump sampai terpilih lagi, dia akan sangat selektif,” tutur Icha.
Salah satu hal yang didengungkan Trump adalah penghapusan hak kewarganegaraan bagi anak-anak para imigran ilegal yang lahir di AS.
Suami Icha yang warga AS menenangkan Icha yang keempat anaknya – termasuk yang dikandungnya – sudah menjadi warga AS melalui ayahnya.
Namun, tetap saja Icha dilanda kekhawatiran. Apalagi melihat pidato-pidato Trump yang begitu memojokkan imigran.
“Apakah nantinya saya akan dipersulit?” ujar Icha yang bahkan sekarang menghindari penerbangan domestik supaya tidak perlu menunjukkan dokumen tinggalnya.
‘Yang legal sekalipun diperketat’
Diaspora Indonesia sempat mengalami dampak atas kebijakan imigrasi Trump pada periode pertamanya.